Kamis, 20 November 2008

Mengenal Landasan Syariat Islam, Al-Qur`an As-Sunnah dan Ijma'

Syariat Islam adalah syariat yang sempurna dan menyeluruh. Sempurna dari sisi sifat dan karakter syariat Islam itu sendiri dan menyeluruh mencakup segala prikehidupan hamba Allah, tanpa satupun yang terlewatkan. Baik dalam masalah aqidah, peribadatan khusus, muamalah/interaksi sosial, akhlak dan adab serta sendi-sendi kehidupan lainnya. Kesempurnaan ini juga merupakan implikasi dari kesempurnaan dasar pijakan syariat Islam itu sendiri, yakni al-Qur`an, as-Sunnah dan ijma'/konsensus kaum muslimin. Sehingga kaum muslimin tidak diperkenankan untuk menyelisihi dasar pijakan syariat Islam sebagaimana tidak diperbolehkan menyelisihi syariat Islam itu sendiri.
Berikut beberapa keterangan dari al-Qur`an dan as-Sunnah yang shahih berkenaan dengan hal tersebut:
Allah I berfirman dalam Al-Qur`an Al-Karim,

"Dan jika kalian berselisih pada suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya." ( An-Nisa : 59 )
Dan firman Allah I,

"Dan barang siapa yang menyelisihi Rasul setelah datangnya petunjuk dan juga jalan kaum yang beriman akan kami palingkan sebagaimana ia berpaling dan akan kami campakkan mereka kedalam api neraka." ( An-Nisa : 115 )
Dan firman Allah ,

"Dan berilah peringatan kepada orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya akan ditimpakan kepada mereka fitnah ataukah akan dijatuhkan pada mereka adzab yang pedih." ( An-Nur : 63 )
Firman Allah ,

"Sekali-kali demi Rabb engkau, tidaklah mereka beriman sampai mereka menjadikan engkau tempat bertahkim dari segala yang mereka perselisihkan sesama mereka lalu tidaklah ia mendapatkan dalam hati-hati mereka ketidak senangan dari yang telah engkau putuskan dan menerimanya sebenar-benar penerimaan." ( An-Nisa : 65 )
Dan firman Allah ,

"Dan apa yang didatangkan Rasul kepada kalian maka ambillah dan apa yang ia cegah darinya maka kalian hindarilah." ( Al-Hasyr : 7 )
Dan firman Allah ,

"Dan inilah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lainnya yang akan memecah belah kalian dari jalan-Nya, inilah yang diwasiatkan kepada kalian agar kalian bertaqwa." ( Al-An’am : 153 )
Dan firman Allah ,

"Dan kalian ikutilah segala yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian dan janganlah kalian mengikuti selainnya dan kalian jadikan wali kalian, namun sangat sedikitlah dari kalian yang berpikir."
Dan firman Allah ,

"Dan kalian ikutilah yang terbaik dari yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian sebelum didatangkan atas kalian adzab yang tiba-tiba sedangkan kalian tidak menyadari." ( Az-Zumar : 55 )
Dan juga firman Allah ,

"Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”( Ali Imran : 32 )
Dan firman Allah ,

"Wahai orang-orang yang beriman taatlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berpaling sedangkan kalian mendengarkannya." ( Al-Anfal : 20 )
Adapun dari Sunnah Nabi , maka terdapat sekian banyak hadist-hadist yang shahih diantaranya,
Yang diriwayatkan dari hadist Abu Nujaih Al-'Irbadh bin Sariyah radhiallahu 'anhu, beliau berkata,

وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً بَلِيْغَةً وَجِلَتْ مِنْهاَ القُلُوْبُ وَ ذَرِفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ. فَقُلْناَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهاَ مَوْعِظَةُ مُوَدَّعٍ فَأُوْصِناَ ! قَالَ : أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَ السَّمْعِ وَ الطاَّعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ وَ إِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرىَ اخْتِلاَفاً كَثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَ سُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّواْ عَلَيْهاَ بِالنَّواَجِذِ وَ إِياَّكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَ كُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ
“Nabi  telah memberikan kepada kami suatu nashihat yang begitu menusuk sanubari kami. Yang telah menggetarkan hati-hati kami dan membuat air mata kami menetes jatuh.
Maka kamipun mengatakan, Wahai Rasul Allah, sepertinya nasihat ini adalah nasihat perpisahan dari engkau, maka berikanlah kami wasiat !

Beliau  bersabda,
"Saya wasiatkan kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah subhanahu wata'ala, taat dan tunduk kepada-Nya, walaupun yang menyampaikannya hanyalah seorang hamba habsyi. Dan sesungguhnyalah, barang siapa diantara kalian yang akan hidup sepeninggalku akan mendapati perselisihan yang teramat banyak maka berpeganglah kalian dengan sunnah-ku dan sunnah para Khulafa' Rasyidin yang telah mendapatkan petunjuk, berpegang eratlah dengannya . Dan waspadalah kalian dari setiap perkara yang diada-adakan, dikarenakan kesemuanya itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya dineraka."
( Dikeluarkan oleh Abu Daud dalam sunan-nya No. 4607, At-Tirmidzi dalam As-Sunan No. 2676, Ibnu Majah No. 42, Ahmad dalam Al-Musnad 4 / 126, Ad Darimi No. 95, dan hadist ini telah dishahihkan oleh Al Albani )

Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib radhiallahu 'anhu dari Rasulullah , beliau bersabda, "Ketahuilah sesungguhnya telah diturunkan kepadaku Al-Kitab dan semisalnya bersama dengan Al-Kitab …"
( Dikeluarkan oleh Abu Daud dalam As-Sunan No. 3804, 4604, Ahmad dalam Al-Musnad 4 / 130 )
Dan dari Jabir bin 'Abdillah radhiallahu 'anhu dari Nabi ,bersabda –pada kisah Haji Nabi- , "Dan sungguh telah saya tinggalkan kepada kalian dimana kalian tidak akan sesat setelahnya jikalau kalian berpegang teguh diatasnya Kitabullah … "
(Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1218 dan selain dari beliau )
Dan dalam Shahih Ibnu Hibban No. 122 dari Abu Syuraih Al Khuza'i radhiallahu 'anhu beliau berkata, “Keluar ketengah kami Rasulullah  lalu berkata, "Bukankah kalian mempersaksikan syahadat Laa Ilah Illallah wa Inni Rasulullah ? Mereka menjawab, “Benar.” Beliau  berkata, "Sesungguhnya Al-Qur`an ini salah satu sudutnya berada ditangan Allah  dan sudut lainnya ditangan kalian maka berpegang teguhlah dengannya, dan kalian tidak akan sesat dan celaka selamanya setelah itu"
( Dishahihkan oleh Al-Albani t dalam Shahih At-Targhib 1 / 93 )
Dikeluarkan oleh Ahmad rahimahullah dalam Al-Musnad 1 / 337, Ishaq bin Rahawaih lihat dalam Al-Mathalib Al-'Aliyah 1 / 360, Al-Khathib Al-Baghdadi dalam Al-Faqih wal-Mutafaqqih 1 / 145, dan Ibnu 'Abdil Barr dalam Al-Jami' 2/ 239 – 240, dari Atsar 'Abdullah bin Abbas h , ketika beliau disapa oleh 'Urwah bin Az-Zubair rahimahullah dalam masalah Umrah. Dimana 'Urwah berdalilkan dengan amalan Abu Bakar radhiallahu 'anhu dan 'Umar radhiallahu 'anhu ketika membantah Ibnu Abbas h.

Berkata Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, "Dan inilah yang sebenarnya telah mencelakakan kalian, demi Allah kecuali Allah akan menjanjikan bagi kalian ancaman, Dimana saya telah menceritakan –suatu riwayat mendatangkan – kepada kalian hadist Nabi  sedangkan kalian mendatangkan –pendapat- Abu Bakar dan 'Umar"
Dan dari Abu Darda'  dari Rasulullah  beliau bersabda,

فَوَاللهِ لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلىَ مَحَجَّةٍ بَيْضـَـاءَ لَيْلِهاَ كَنَهاَرِهاَ
" … Dan demi Allah, telah saya tinggalkan bagi kalian diatas pemisalan yang putih bersih, dimana malamnya bagaikan siang harinya )”
( Hadist Hasan, dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya 1 / 4, dan Ibnu Abi 'Ashim dalam Kitab As-Sunnah hal. 26 dan dihasankan oleh Al-Albani t dalah Shahih Ibnu Majah 1 / hal. 6 dan dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad 4 / 126 dan Ibnu Majah 1 / 16 dari hadist Al-'Irbadh bin Sariyah, dishahihkan oleh Al-Albani t dalam Dhzilalul Jannah No. 47 – 49 )
Berkata Abi Darda radhiallahu 'anhu, "Telah benarlah adanya Allah  dan Rasul-Nya , kami telah ditinggalkan diatas suatu pemisalan yang putih bersih, malamnya bagaikan siangnya. "
Dan berkata Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu, "Sesungguhnya kalian akan terjerembab pada perbuatan muhdatsah dan dikelilingi dengan perkara yang muhdats – diada-adakan - , maka tatkala kalian melihat segala yang diada-adakan, wajiblah bagi kalian untuk berpegang dengan ketentuan yang terdahulu."
( Dikeluarkan oleh Ad-Darimi dalam As-Sunnah 1 / 56 )
Dan beliau radhiallahu 'anhu juga berkata, "Hati-hatilah kalian dengan segala perkara bid'ah, hati-hatilah dengan sikap melampaui batas dan hati-hatilah dengan sikap berlebih-lebihan, dan hendaklah kalian berpegang dengan warisan yang terdahulu."
( Dikeluarkan oleh Ad-Darimi dalam As-Sunnah 1 / 50 )
Dan dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu 'anhu, beliau berkata, "Kalian ikutlah pada jalan-jalan kami ! Dan jikalau kalian mengikuti kami sungguhlah kalian telah berlalu dengan cepatnya, dan jikalau kalian menyelisihi kami sungguhlah kalian telah sesat dengan kesesatan yang jauh."
( Disebutkan oleh Ibnu Wadhdhoh dalam " Al-Bida' wan-Nahyu 'anha " hal. 12 )
Berkata Sahl bin 'Abdillah At-Tastury t, "Hendaklah kalian berpegang dengan Atsar dan Sunnah, karena sesungguhnyalah saya takutkan akan datang sebentar lagi suatu zaman, dimana manusia waktu itu diingatkan padanya tentang Nabi  dan perlunya menjadikan beliau qudwah pada setiap perilaku beliau, merekapun mencemoohkannya dan menjauhkan diri mereka darinya, berlepas diri, merendahkannya serta menghinakannya."
( Tafsir Al-Qurthubi 9 / 139 )
Berkata 'Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu, "Sesungguhnyalah kami mengikuti semata dan tidak memulai , dan kami hanya ittiba' dan tidak sekali-kali mengada-adakan bid'ah dan tidaklah kami akan sesat selama kami berpegang dengan Perkara ini." - Yaitu As-Sunnah –
( Diriwayatkan oleh Al-Lalikai dalam Syarh I'tiqad Ahlus Sunnah 1 / 86 )
Dan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu dan 'Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu keduanya mengatakan, "Tidak akan bermanfaat suatu perkataan tanpa diiringi dengan amal, dan tidak akan bermanfaat suatu amalan tanpa perkataan dan tidak akan bermanfaat perkataan dan amalan tanpa diiringi dengan niat, dan tidak lah berarti suatu niat tanpa keselarasan dengan sunnah."
( Dikeluarkan oleh Al-Ajurri dalam Asy-Syari'ah hal. 131, Al-Laalikai dalam Syarh I'tiqad 1 / 57 dari perkataan Al-Hasan Al-Bashri dan Sa'id bin Jubair , dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis hal. 9 dari Sufyan Ats-Tsauri )

Berkata Abu Darda' radhiallahu 'anhu, " … Tidaklah sekali – kali engkau akan tersesat selama engkau mengikuti Sunnah."
( As-Sunnah, Abu Bakr Muhammad bin Nashr Al-Marwazi hal. 28 )
Berkata Ibnu 'Ajlan rahimahullah, "Tidak akan benar suatu amal terkecuali terpenuhi tiga hal , taqwa kepada Allah, Niat yang baik dan penyelarasan dengan Sunnah. "
( Jami' Ulum wal-Hikam 1 / 71 )
Begitu juga Imam Asy-Syafi'i rahimahullah mengatakan –ketika beliau meriwayatkan suatu hadist- dimana sebagian yang hadir mengatakan, “Apakah engkau menerima hadist ini ?”
Maka beliau rahimahullah mengatakan. "Jika saya telah meriwayatkan suatu hadist yang shahih dari Nabi  lalu saya tidak menerimanya, maka saya mempersaksikan kalian bahwa sesungguhnya pikiran saya telah hilang, sambil beliau menghamparkan kedua tangannya."
( Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Manaqib Asy-Syafi'i 1/ 474 – 475 dan Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah 9 / 106 )
Dan Al-Imam Asy-Sya'bi rahimahullah berkata, "Apapun yang mereka beritakan dari hadist Rasulullah r maka terimalah, dan segala yang mereka ucapkan dengan pemikiran mereka maka lemparkanlah ketempat sampah."
(Dikeluarkan oleh Ad-Darimi dalam As-Sunan 1 / 60)
Berkata Ishaq bin Rahawaih rahimahullah, "Barang siapa yang disampaikan kepadanya hadist dari Rasulullah  lantas menerima keabsahannya namun menolaknya setelah itu tanpa adanya kepalsuan dari ia, maka orang ini kafir."
( Al-Ihkam li Ibni Hazm 1 / 89 )
Dan Al-Imam Al-Barbahari rahimahullah telah menyebutkan hal yang serupa dalam Kitab As-Sunnah lihat hal. 113, 119, dan 128.
Dan selainnya dari Hadist-hadist serta Atsar-Atsar yang shahih dari Rasulullah  serta para sahabat beliau dan para Imam Ahlus Sunnah setelahnya.

(Ummu Zakariya)