Sabtu, 08 November 2008

Dakwah Salafiyah di Villani II ( 2 )

Pernik-pernik Dakwah Salafiyah
Di Villa Nusa Indah II
(Bagian 2)


Pasal
Ushul ad-Dakwah
(Hakikat dan Karakter Dakwah Salafiyah)


Definisi dan Hakikat Dakwah Salafiyah

As-Salafiyah adalah suatu sifat,karakter, metode dan landasan dalam menegakkan dakwah Ilallah. Berasal dari kata as-salaf, yang secara etimologi bermakna "sesuatu yang terdahulu." Ataukah "sesuatu yang mendahului sesuatu lainnya."
Ibnu Manzhur mengatakan, "-kata- as-Salaf, as-Saliif dan as-Salifah adalah kelompok yang terdahulu/mendahului."
Salaf seseorang adalah seseorang yang telah terlebih dahulu meninggal dunia, dari para bapak dan kerabat orang tersebut yang generasi mereka berada diatasnya. Karena itulah, generasi yang pertama dari ulama tabi'in dinamakan sebagai as-Salaf ash-Shalih.
Dari sini dapat diketahui bahwa kata as-Salaf beserta kembangannya, dalam sebagian besar pemakaiannya dalam bahasa Arab menunjukkan makna terdahulu, mendahului, yang telah lampau, dan waktu/zaman yang telah berlalu mendahului zaman sekarang.[1]
Makna ini jugalah yang terdapat didalam al-Qur`an, yaitu kata as-Salaf didalam konteks ayat-ayat al-Qur`an juga menunjukkan makna suatu yang terdahulu, zaman/waktu yang telah berlalu atau terdahulu. Diantaranya,
Firman Allah ta'ala,

"Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabb-nya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah." (al-Baqarah: 275)
Firman-Nya, "Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabb-nya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu," yakni baginya segala yang telah di makan dan diambilnya dari perbuatan riba sebelum adanya pengharaman.
Sa'id bin Jubai dan as-Suddi mengatakan, "Baginya apa yang telah diambilnya dahulu, yaitu makanan dari hasil riba sebelum datangnya pengharaman."[2]

Dan firman Allah subhanahu,

"Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh)." (an-Nisa`: 22)
Ath-Thabari berkata dalam menafsirkan ayat diatas, "Disebutkan bahwa ayat ini turut berkaitan dengan kaum yang dahulu mewarisi istri-istri bapak mereka. Lalu Islam datang sementara mereka masih dalam amalan itu. Maka Allah tabaraka wata'ala mengharamkan bagi mereka pengambil alihan istri-istri bapak mereka. Dan Allah mengampuni bagi mereka perbuatan yang telah berlalu diantara mereka di masa jahiliyah dan kesyirikan mereka bagi yang melakukan perbuatan itu. Dan mereka tidaklah dikenakan ganjaran dosa akibat perbuatan tersebut, jika mereka bertaqwa kepada Allah dalam ke-Islaman mereka dan mereka taat kepadanya dalam ke-Islaman mereka tersebut."[3]

Dan firman Allah ta'ala,

" –dan terlarang bagi kalian- menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (an-Nisa: 23)
Didalam Tafsirnya, Ibnu Katsir berkata, "Yaitu diharamkan bagi kalian menghimpunkan dua wanita bersaudara bersamaan dalam akad pernikahan, demikian juga dalam kepemilikan hamba sahaya. Kecuali yang kalian pernah lakukan di masa jahiliyah, maka kami telah memaafkan dan mengampuninya."[4]

Dan firman Allah ta'ala

"Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu"Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi. Sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu."(al-Anfal: 38)
Firman-Nya, " niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu," yaitu dari kekufuran, dosa-dosa dan kesalahan mereka.
Asy-Syaukani mengatakan, "Yaitu diampuni bagi mereka segala permusuhan mereka yang telah lampau."[5]

Dan firman Allah ta'ala,

"Dan kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian." (az-Zukhruf: 56)
Ath-Thabari menafsirkan ayat ini, beliau berkata, "Maka Kami jadikan mereka, yaitu orang-orang yang telah kami tenggelamkan di lautan dari kaum Fir'aun sebagai awal pendahuluan mereka sebelum menuju ke neraka mendahului orang-orang kafir Quraisy dari kaummu wahai Muhammad. Dan orang-orang kafir kaummu akan mengikuti titian mereka."
Ibnu Katsir berkata, "Sebagai pendahulu bagi seseorang yang mengamalkan amalan yang serupa dengan amalan mereka."[6]

Dan terdapat beberapa ayat lainnya, yang mengindikasikan makna kata as-salaf yang tidak berbeda dengan yang terkandung pada ayat-ayat diatas.

Adapun didalam as-Sunnah an-Nabawiyah, kata as-salaf menunjukkan beberapa makna yang beragam. Diantaranya bermakna al-qardh (pinjam-meminjam) dan juga bermakna transaksi jual beli dengan metode as-salam[7]. Dan juga bermakna semisal dengan makna yang terkandung didalam etimologi bahasa Arab dan kandungan al-Qur`anal-Karim –yaitu bermakna terdahulu dan yang telah mendahului-.

Diantaranya kata as-salaf didalam as-Sunnah an-Nabawiyah yang bermakna sesuatu yang mendahului kehidupan saat ini, hadits Aisyah radhiallahu 'anha yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada putri beliau Fathimah radhiallahu 'anha disaat menjelang ajal beliau  , " ... Dan tidaklah saya melihat kecuali ajalku telah mendekat. Dan sesungguhnya engkau adalah keluargaku yang paling pertama menyusulku. Dan sebaik-baik pendahulu, adalah saya bagimu."[8]

Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim didalam kitab Shahih mereka dari hadits Hakim bin Hizam radhiallahu 'anhu, bahwa beliau berkata kepada Rasulullah , "Bagaimanakah pendapat anda tentang beberapa hal dimana dahulu saya beribadah dengan hal-hal tersebut di masa jahiliyah, berupa sedekah, membebaskan budak dan silaturrahim. Apakah pada amalan-amalan tersebut terdapat pahala?"
Nabi  menjawab, "Engkau telah memeluk Islam atas segala kebaikan yang terdahulu."[9]
Maknanya, atas pengabulan amalan-amalan kebaikan anda.

Dan juga hadits yang diriwayatkan dari hadits Abdullah bin Umar dari Nabi , bahwa beliau  bersabda, "Sesungguhnya kelanggengan kalian dibandingkan dengan umat-umat terdahulu sebelum kalian, sebagaimana –waktu- antara shalat ashar dan terbenamnya matahari, ..."[10]

Dari uraian dalil-dalil al-Qur`an dan as-Sunnah diatas, tampaklah jelas, walau kata as-salaf memiliki beberapa makna lainnya, bahwa syari'at Islam juga telah mempergunakan kata as-salaf untuk menunjukkan waktu/zaman yang telah berlalu dan menduhulu zaman ini.
Ibnu Atsir mengatakan, " ... karena inilah generasi ulama tabi'in yang pertama dinamakan sebagai as-Salaf ash-Shalih."[11]
Demikian juga yang disebutkan oleh as-Sam'ani, "Bahwa as-Salafi adalah penisbatan kepada as-Salaf serta mengikuti mazhab mereka."[12]

Makna as-Salaf dalam Istilah Ulama Islam
As-Salaf dalam istilah syara' adalah para sahabat, kemudian generasi ulama tabi'in yang mengikuti mereka diatas kebenaran dan kebaikan, lalu generasi tabi' tabi'in dan para Imam Islam yang dipersaksikan keutamaan dan ke-Imaman mereka –radhwanallahi 'alaihim ajma'in. Allah ta'ala berfirman,

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar." (at-Taubah: 100)

Dan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari didalam kitab ash-Shahih beliau dari hadits Imran bin Hushain radhiallahu 'anhu bahwa Nabi  bersabda, "Sebaik-baik umat-ku adalah yang berada pada masaku, kemudian generasi mereka, kemudian generasi selanjutnya setelah mereka."
Imran bin Hushain berkata, "Saya tidak tahu, apakah beliau menyebutkankan dua kurun/generasi setelah kurun masa tersebut."[13]

Ibnu Abdil Barr didalam Jami' Bayaan al-'Ilmi wa Fadhlihi 2/119 menyebutkan atsar Abdullah bin Mas'ud, dimana beliau berkata, "Barang siapa yang hendak mengikuti sunnah hendaklah dia mengikuti sunnah yang telah meninggal dunia. Karena seorang yang masih hidup tidak akan aman dari adanya fitnah. Merekalah para sahabat Rasulullah , ummat yang paling bersih hatinya, paling dalam keilmuannya dan paling sedikit pengadaan suatu yang diada-adakan. Suatu kaum, yang Allah telah memilih mereka untuk mendampingi Rasulullah  dan penegakan agama-Nya. Maka kenalilah hak mereka dan berpegang teguhlah dengan petunjuk mereka. Karena sesungguhnya mereka berada diatas petunjuk yang lurus."

Hingga lafazh kata as-Salaf telah menjadi kata yang identik dan menunjukkan generasi para sahabat radhiallahu 'anhum, ulama tabi'in dan generasi penerus mereka diatas manhaj para sahabat, dan kemudian paa imam dan ulama Islam yang adil bijaksana yang telah beroleh petunjuk, dan disepakati oleh kaum muslimin dalam hal ke-Imaman dan keagungan kadar mereka. Perkataan mereka disadur dari masa ke masa, tarikh/sejarah dakwah mereka bersih dan tertulis dengan tinta emas. Baik dalam hal aqidah, ibadah, muamalah, manhaj dan suluk, akhlak dan adab, yang zhahir maupun batin. Semisal para Imam yang empat, Sufyan ats-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, al-Laits bin Sa'ad, Abdullah bin Mubarak, al-Auza'i, Amru bin Syarahbil as-Sya'bi, Ibrahim an-Nakha'i, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan masih banyak lagi lainnya.
Asy-Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid mengatakan, "Apabila dikatakan kata as-Salaf, atau as-Salafiyyun atau as-Salafiyah, yang merupakan nisbat kepada –generasi- as-Salaf ash-Shalih, yaitu seluruh sahabat radhiallahu 'anhum beserta siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik. Selain mereka yang cenderung kepada al-Ahwa` sepeninggal generasi sahabat radhiallahu 'anhum, dari beberapa kelompok yang memisahkan diri dari as-Salaf ash-Shalih, baik dengan suatu penamaan atau sifat ..."
Generasi as-Salaf ash-Shalih, adalah selain siapa saja yang tertusuh dalam suatu perbuatan bid'ah ataukah populer dengan julukan yang tidak diridhai, semisal kaum Khawarij, ar-Rafidhah, al-Jabariyah, al-Mu'tazilah, al-Jahmiyah dan firqah-firqah sesat lainnya."[14]


Beberapa Ciri dan Karakter Dakwah as-Salafiyah
1. Berhukum kepada Kitabullah dan as-Sunnah ash-Shahihah pada setiap aspek-aspek permasalahan kehidupan. Baik itu dalam hal aqidah, ibadah, suluk ataukah muamalah. Terlebih lagi ketika terdapat perbedaan pendapat.
(Bersambung)

[1] Untuk lebih luas dalam mengetahui makna etimologi kata as-Salaf, silahkan lihat kitab Tahdzib al-Lughah 12/431-432 karya al-Azhari, Lisan al-'Arab 3/2068-2070, al-Qamus al-Muhith 3/158-159 dan an-Nihayah fii Ghariib al-Hadist 2/390
[2] Tafsir ath-Thabari 6/14, Tafsir Ibnu Katsir 1/327, Adhwaa`ul Bayaan 1/290-291
[3] Jami' al-Bayaan 8/132.
[4] Tafsir al-Qur`an al-Azhiem 1/472
[5] Lihat Fathul Qadir 2/308 dan juga didalam Tafsir Ibnu Katsir 2/308.
[6] Jami' al-Bayaan 25/85 dan Tafsir Ibnu Katsir 4/130.
[7] Yaitu salah satu bentuk transaksi perniagaan dimana harga didahulukan sedangkan barang diidentifikasikan dengan sifatnya hingga waktu tertentu.
[8] Al-Bukhari no. 6285, 6286 dan Muslim –al-Minhaj- 16/6-7.
[9] HR. al-Bukhari no. 1136 dan lafazh diatas adalah lafazh riwayat al-Bukhari dan Muslim –al-Minhaj- 2/140.
[10] HR. al-Bukhari no. 557
[11] An-Nihayah 2/390
[12] Al-Ansaab 7/104
[13] HR. al-Bukhari no. 3650
[14] Lihat lebih lanjut Majmu' al-Fatawa 3/157, Syarh ath-Thahawiyah karya Ibnu Abi al-'Izz hal. 336, Lawami' al-Anwar 1/20, Aqidah Ahlis Sunnah wal-Firqah an-Najiyah hal. 10-11, dan Hukmi al-Intima` ila al-Firaq wal-Ahzab wal-Jama`aat al-Islamiyah hal. 42.