Kamis, 06 November 2008

Keutamaan Ilmu dan Ulama

Keutamaan dan Kedudukannya
Al Ilmu dan Ulama
dalam Syari'at Islam


إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و من سيئات أعمالنا. من يهده الله فلا مضل له و من يضلله فلا هادي له.
أشهد أن لا إله إلا الله و حده لا شريك له و أشهد ان محمدا عبده و رسوله. أمـــــــــــــــــا بعد ,
فإن أصدق الحديث كتاب الله - عز و جل – و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم و شر الأمور محدثاتها و كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة .

Al Ilmu – yakni Ilmu syara' - , sebagai pedoman untuk mencapai segala kebaikan di dunia terlebih di akhirat, dan salah satu dari sekian pintu kenikmatan dan kebahagiaan, syarat mutlak dalam beribadah, taqarrub – mendekatkan diri – kepada Allah ta'ala dan dalam setiap amal-amal keta'atan, … Allah – 'azza wajalla – telah banyak bertutur dalam Al Qur'anul Kalrim dan juga melalui lisan Rasul-Nya yang Mulia Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam. Dan tentulah ini menunjukkan akan tingginya derajat, kedudukan dan keutamaan Ilmu Syara' dalam Agama Islam.

Ta'rif – Penjabaran makna – Ilmu
Al Ilmu dalam tinjauan makna etimologinya, berasal dari kalimat : عَلِم – يعلم – عِلماً , yang berarti ma'rifah.
Adapun dari tinjuan terminologi , istilah ilmu dikalangan Ulama, identik sebagai kebalikan dari makna Al Jahl – kejahilan/kebodohan -. Para kalangan Ahlul Ilmi – diantaranya adalah Abu Bakar Ibnu Al 'Arabi Al Maliki dan selainnya - , tidak memberikan batasan dalam memaknai kalimat Ilmu, dikarenakan kalimat ini, demikian jelas dan mudah untuk dijangkau makna dan maksudnya.
Asy Syaikh Al 'Allamah Muhammad bin Sholeh Al 'Utsaiman dalam kitab beliau " Al Ilmu " setelah membenarkan akan jelas dan terangnya makna Ilmu, beliau mengatakan : " Bahwa yang kami maksud adalah sebatas Ilmu Syar’i, yaitu : Ilmu yang diturunkan oleh Allah – 'azza wajalla – kepada Rasul-Nya berupa Al Bayyinat – kejelasan yang nyata – dan Al Huda – petunjuk . Jadi Ilmu yang mengandung pujian dan sanjungan tiada lain adalah Ilmu Wahyu, Ilmu yang diturunkan oleh Allah –ta'ala semata. "

Al Ilmu Asy Syar'iy dalam Al Qur'anul Karim
Didalam Al Qur'anul Kariim, akan dijumpai banyak sekali ayat-ayat Al qur'an yang berbicara tentang kedudukan dan keutamaan Ilmu, dan juga keutamaan para Ulama, dimana kelazimannya akan menunjukkan keutamaan sifat yang dimiliki oleh Ulama tersebut yang tiada lain adalah Al Ilmu Asy syar'i.
Diantara ayat-ayat Al Qur'an yang berbicara tentang Ilmu, : -
" Allah mempersaksikan bahwasanya tiada Ilah selain Dia dan demikian pula para Malaikat dan mereka yang diberikan padanya Ilmu tegak mempersaksikannya dengan keadilan "

Dan firman-Nya,

" Apakah sama mereka yang mengetahui dan mereka yang tidak mengetahui ? "
Dan firman-Nya,

" Dan katakanlah –Muhammad – Wahai Rabb-ku tambahkanlah padaku ilmu"
Dan firman-Nya,

" Sungguhlah yang memiliki rasa takut kepada Allah diantara para hamba-hamba-Nya hanyalah para Ulama "

Dan firman Allah – 'azza wa jalla -, bercerita tentang pengajaran Adam – 'alaihis salam - : -
" Dan ketika Rabb-mu sabdakan kepada para Malaikat, sungguhlah Aku akan menjadikan dimuka bumi ini seorang kholifah . Mereka berkata : Apakah Engkauh akan menjadikan diatas muka bumi seseorang yang akan menebar kerusakan dan menumpahkan darah , sedangkan kami adalah hamba-Mu yang senantiasa bertasbih memujimu dan menkuduskan Engkau ? Allah berfirman : sungguhlah Aku mengetahui apa-apa yang kalian tidak ketahui. Maka Allah ta'ala mengajarkan kepada Adam setiap dari nama-nama yang ada, selanjutnya disodorkanlah kepada para Malaikat, Allah ta'ala berfirman : Kalian beritahukanlah nama-nama mereka ini jikalau kalian memang benar adanya. Mereka –para Malaikat – berkata : Maha suci Engkau , tiadalah ilmu atas diri kami terkecuali yang Engkau ajarkan kepada kami, sungguhlah engkau Dzat yang Maha memiliki Ilmu dan Maha Bijaksana. " – Al Baqarah : 30 - 32

Dan dalam Kisah Musa –'alaihis salam – beserta Khidhr –'alaihis salam - , : -
" Maka ia – Musa 'alaihis salam - mendapati salah seorang dari hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepadanya : Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang lurus yang telah diajarkan kepadamu … " – Al Kahfi : 65 – 66 –

Berkata Al Hafidz Ibnu Rajab Al Hanbali –rahimahullah – dalam Risalah beliau " Fadl Ilmu Salaf 'ala Kholaf " , - tentang ayat-ayat diatas - : " … Bahwa yang diinginkan dari ilmu diatas adalah ilmu yang memberikan manfa'at. Dan Allah subhanahu wata'ala mengabarkan pula tentang suatu kaum dimana ilmu yang mereka sandang tersebut tidaklah memberikan manfa'at bagi mereka. Maka ilmu itu sendiri sebenarnya memberikan manfa'at hanya saja yang menyandang ilmu itu yang tidak dapat mengambil manfa'atnya. "
Lantas beliau menyebutkan beberapa ayat-ayat Al Qur'an yang mengisyaratkan hal ini, diantaranya : -
" Dan perumpamaan mereka yang mempelajari Taurat namun tidaklah memperhatikan kandungan-nya bagaikan perumpamaan keledai yang memikul sejumlah kitab-kitab. Demikianlah seburuk buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan allah ta'ala tidak akan memberikan hidayah bagi kaum yang dholim " – Al Jumu'ah : 5 –


" Dan sampaikanlah kepada mereka cerita seseorang yang telah Kami datangkan atas ia ayat-ayat Kami, lantas ia berpaling dari ayat-ayat tersebut, dan syaithan pun menyertainya dan jadilah ia dari kalangan orang-orang yang sesat. Dan sekiranya Kami kehendaki akan Kami tinggikan ia dengan ayat-ayat itu, akan tetapi ia lebih condong kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya " – Al A'raf : 175 – 176 –

" Dan sepeninggal mereka, digantikan oleh penerus yang mewarisi Al Kitab , dimana mereka mengambil harta benda dunia yang rendah seraya mengatakan : Kami akan diberikan ampunan . Dan jika nanti akan disodorkan kehadapan mereka harta benda yang semisalnya merekapun akan mengambilnya. Bukankah telah diambilkan dari diri mereka perjanjian dari Kitab itu – Taurat - , yaitu mereka tidak mengatakan apa-apa tentang allah kecuali yang haq padahal mereka telah mempelajari segala yang ada padanya. Dan kampung akhirat jauh lebih baik bagi mereka yang bertaqwa, sekiranya mereka mau memikirkan " – Al A'raf : 169 –

Dan selain itu, didalam Al Qur'an juga disebutkan adanya ilmu yang sama sekali tidak memberikan faidah melainkan mendatangkan mudhorat , …
" Dan mereka mempelajari – dari kedua penyihir tersebut – Harut dan Marut – ilmu yang hanya mendatangkan pada diri mereka mudhorat dan sama sekali tidak memberikan bagi mereka manfa'at. Dan sungguhlah mereka mengetahui bahwa barang siapa yang menukarkan – Kitabullah – dengan sihir ini sama sekali tidak akan meraih kebaikan di akhirat … " – Al Baqarah : 102 –

" Dan ketika para Utusan – Rasul- Rasul - dari kaum mereka mendatangi mereka dengan segala kejelasan, mereka malah berbangga hati dengan apa yang mereka miliki dari ilmu. Dan mereka akan ditimpakan dengan apa yang mereka telah hinakan " - Huud : 8 –

" Dan mereka mengetahui apa yang nampak dari perhiasan dunia sedangkan mereka lalai dari kehidupan akhirat " –

Berkata selanjutnya Al Hafidz Ibnu Rajab : " Oleh karenanya As Sunnah telah datang menjelaskan pembagian ilmu, menjadi ilmu yang bermanfa'at serta ilmu yang tidak bermanfa'at. Dan anjuran untuk berlindung dari ilmu yang tidak mendatangkan manfa'at dan berdo'a mengharapkan ilmu yang bermanfa'at "

Al Ilmu di Dalam As Sunnah An Nabawiyah

Adapun dari lisan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam, sekian banyak hadist Nabi shollallahu 'alaihi wasallam - yang shohih – berbicara mengenai keutamaan Ilmu serta penjelasan dari beliau yang menunjukkan ketinggian derajatnya dan para Ahlil Ilmu – Al 'Ulama -.

Diantaranya hadist yang dikeluarkan dalam Sunan Abu Daud dan selainnya , dari hadist Abu Ad Darda' – radhiallahu 'anhu -, Bersabda Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam :
" Barang siapa yang meniti suatu jalan ia menghendaki suatu ilmu, maka Allah ta'ala akan memudahkan baginya jalan menuju sorga. Dan sesungguhnya para Malaikat merendahkan sayap-sayapnya dihadapan para penuntul ilmu sebagai –suatu bentuk – keridhoan dari apa yang telah mereka lakukan. Dan sungguhlah seorang 'alim akan dimintakan ampunan oleh para penghuni langit dan juga penghuni bumi hingga ikan-ikan yang berada dilautan.
Dan keutamaan seorang 'alim dibandingkan seorang 'abid –ahli ibadah – bagaikan keutamaan bulan dibandingkan dengan segenap bintang-bintang dilangit. Dan sesungguhnya Ulama adalah pewaris para Nabi dan para Nabi tidalah mewariskan Dinar maupun Dirham, namun mereka mewariskan ilmu, barang siapa yang telah menerimanya maka ia telah menerima bagian yang teramat besar. "
( Dikeluarkan oleh Abu Daud 3 / No. 3641- 3642, At Tirmidzi 5 / No. 2682, Ibnu Majah 2 / No. 223, Ahmad 5 / 196 dan Ad Darimi 1 / No. 342 )

Diriwayatkan pula dari hadist Abu Hurairah – radhiallahu 'anhu - , bahwa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : -
" Barang siapa yang menempuh suatu jalan ia mencari suatu ilmu dalam perjalanannya tersebut Allah ta'la akan memudahkan baginya suatu jalan menuju surga "
( Dikeluarkan oleh Muslim No. 2699 )

Dari hadist Abu Musa Al Asy'ari –radhiallahu 'anhu- beliau berkata , bersabda Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam : -
" Pemisalan atas apa yang Allah ta'ala utus denganku berupa hidayah dan ilmu syar'I, adalah bagaikan perumpamaan butiran air hujan yang membasahi bumi, maka ada satu bagian diantaranya yang dapat menyerap air hujan tersebut lalu menumbuhkan rerumputan dan semak yang banyak dan darinya ada bagian tanah yang akan menahan air. Maka Allah ta'ala akan memberikan manfa'at kepada segenap manusia dengan tanah tersebut, mereka minum darinya dan menyirami lahan pertanian mereka. Dan bagian lainnya yang disirami dengan hujan tersebut adalah tanah yang kering dan tidak mampu untuk menahan air dan tidak juga menumbuhkan rerumputan. Maka demikianlah pemisalan bagi seseorang yang telah diberikan pengetahuan ilmu fiqh dalam Agama Allah dan telah mendapatkan manfa'at dengan segala yang dengannya aku diutus oleh Allah, dimana ia mempelajarinya dan mengajarkannya dan pemisalan bagi seseorang yang sama sekali tidak memberikan penghargaan akan ilmu dan tidak menyambut hidayah/petunjuk Allah ta'ala yang dengannya aku diutus "
( Dikeluarkan oleh Al Bukhori 1 / 160 – 161 dan Muslim No. 2282 )

Dan demikian juga dari hadis Abu Hurairah – radhiallahu 'anhu – beliau berkata : Saya telah mendengar Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
" Dunia itu adalah suatu yang telah dikenakan laknat, dan demikian juga yang berada didalamnya, terkecuali Dzikir kepada Allah dan yang setiap yang menyertainya dan juga seorang 'alim atau yang tengah menuntut ilmu "
( Dikeluarkan oleh At Tirmidzi 4 / No. 2322, Ibnu Majah No. 4112. Berkata At Tirmidzi : Hadist ini hadist Hasan ghorib )

Dan dari hadist Abu Umamah – radhiallahu 'anhu -, bahwasanya Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : -
" Keutamaan seorang 'alim atas seorang 'abid – ahli ibadah – yaitu disisi Allah, bagaikan kutamaan yang ada padaku dibandingkan dengan seseorang yang paling rendah –kedudukannya – diantara kalian" . Lalu beliau shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : " Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya dan pendudu langit dan Bumi hingga semut yang berada dilubangnya dan juga ikan-ikan , mereka mendoakan bagi mereka yang mengajarkan kaum manusia kebaikan "
( Dikeluarkan oleh At Tirmidzi No. 2686, dan beliau berkata Hadist ini Ghorib )

Dan dari hadist 'Abdullah bin Mas'ud – radhiallahu 'anhu – beliau berkata : Bersabda Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam : -
"Allah ta'ala akan memberikan berkah berupa kebagusan/kecerahan bagi diri seseorang yang mendengarkan dari kami sesuatu –ilmu- lalu ia menyampaikannya sebatas apa ayng telah ia dnegarkan . Maka terkadang seseorang yang disampaikan kepadanya ilmu tersebut lebih memahami dibandingkan ayng mendengarkannya "
( Dikeluarkan oleh At Tirmidzi No. 2657 - 2658, Ibnu Majah No. 230 dan 3056, Ahmad 1 / 437, Ibnu Hibban No. 73 dan 75. Dan juga dari ahdist Jubair bin Muth'im, dikeluarkan oleh Ahmad 4 / 80, Al Hakim 1 / 86, 87, dan juga dari hadist Zaid bin Tsabit , dikeluarkan oleh Ahmad 5 / 183, Ad Darimi 1 / 75 dan Ibnu Hibban No. 72 – 73 )

Demikianlah Sunnah Nabawiyah Shohihah, telah pula menjelaskan dalam sekian banyak hadist, tentang keutamaan Ilmu dan kedudukan para Ulama didalam Agama Islam ini.Dan dengan begitu akan jelas diketahui, bahwa Al Qur'an Al Kariim dan As Sunnah An Nabawiyah sarat dengan himbauan untuk mempelajari ilmu, terutama ilmu-ilmu syara'.

Berkata Al 'Allamah Ibnul Qoyyim –rahimahullah - : " Allah subhanahu wata'ala telah mempersaksikan atas Ulul Ilmi – yakni Ulama – dalam persaksian yang paling agung disisi-Nya, yakni persaksian tentang Tauhid kepada-Nya. Allah subhanahu wata'ala berfirman : -
" Allah mempersaksikan bahwasanya tiada Ilah selain Dia dan demikian pula para Malaikat dan mereka yang diberikan padanya Ilmu tegak mempersaksikannya dengan keadilan "
Dan ini menunjukkan akan keutamaan Ilmu dan pewarisnya, dalam beberapa tinjauan : -
Pertama : Persaksian Allah ta'ala kepada mereka dimana tidak diberikan kepada selain mereka dari kaum manusia.
Kedua : Diiringkannya persaksian mereka dengan persaksian Allah ta'ala .
Ketiga : Diiringkannya persaksian mereka dengan persaksian para Malaikat.
Keempat : Dan dari kesemuanya ini, tersirat adanya tazkiyah –peng-kultusan diri – dan pujian kepada mereka para Ulama. Dimana Allah ta'ala tidaklah memberikan persaksian kepada makhluqnya kecuali bagi mereka yang terpercaya. Dan juga diantaranya atsar/hadist yang telah maklum dari Nabi shollallahu 'alaihi wasallam : -
" Dan Ilmu –Syara' – ini akan disandang dari tiap generasi oleh mereka yang terpercaya. Mereka yang akan menepis penyimpangan orang-orang yang berlaku berlebih-lebihan, tipu daya pelaku kebatilan dan ta'wilan mereka yang jahil "
Kelima : Dan bahwasanya Allah ta'ala menyifati mereka sebagai Ulul Ilmi, dan ini menunjukkan kekhususan mereka dengan sifat tersebut. Dan merekalah pewaris dan penyandang Ilmu dan bukan suatu yang mereka perjual belikan.
Keenam : Dan Allah subhanahu telah memberikan persaksian akan diri-Nya, dan merupakan persaksian yang paling tinggi, agung dan paling besar, yakni persaksian tiada sembahan yang haq selain Allah, suatu yang bernilai agung dan hanyalah dipersaksikan bagi perkara yangn agung itu oleh hamba-hambanya yang memiliki kedudukan tinggi dan para penghulu mereka.
Ketujuh : Dan Allah ta'ala juga menjadikan persaksian mereka sebagai suatu bentuk sanggahan bagi mereka yang ingkar. Maka kedudukan mereka layaknya bagaikan salah satu dari dalil-dali-Nya, satu dari sekian ayat-ayat-Nya, dan dari sekian penjelasan yang menunjukkan akan tauhid-Nya. "

Beberapa Fadhilah Ilmu dan Ulama

Para Ulama , baik itu dari Ulama Salaf terdahulu, maupun Ulama kholaf - yang datang belakangan, telah banyak berbicara tentang keutamaan Ilmu dan demikian juga keutamaan Ulama, dikarenakan antara Ilmu dan Ulama , dua hal yang tidak akan dapat dipisahkan, namun akan senantiasa beriringan … Tidak sedikit dari kalangan Ulama Salaf maupun Kholaf yang menuliskan Kitab-kitab yang khusus berbicara tentang Ilmu , Ulama beserta keutamaan Ilmu dan Ulama. Diantaranya " Kitab Al Ilmi " karya Al Hafidz Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb, " Adab Al Imla' wal Istimla' " karya Abu Mudhzffzr As Sam'any, Al Imam Al Bukhory dalam salah satu juz Shohihnya yakni " Kitabul Ilmi ", " Iqtidho Al Ilmi Al 'Amal " dan " Al Jami' li Akhlaqir Rowi wa Adabis Sami' " dan " Syarf Ashhabil Hadist " karya Al Khothib Al Baghdadi, " Jami' Bayanil Ilmi wa Fadhlihi " karya Ibnu 'Abdil Barr, Al Hafidz Ibnu As Sholah dengan karya beliau " Rihlah Tholabul Hadist " , Al Imam Al Hafidz Ibnu Rajab Al Hanbali dengan risalah beliau " Fadhl Ilmu Salaf 'alal Kholaf ", " Adab Ath Tholab wa Muntaha Al Irb " karya Al Imam Al Faqih Asy Syaukani, dan masih banyak lagi lainnya.
Perhatian para Ulama Islam terhadap ilmu, tiada lain sebagai pembenaran mereka akan ketinggian derajat Ilmu beserta Ulama , dan tersirat darinya ajakan dan anjuran kepada setiap muslimin untuk memberikan perhatian kepada Ilmu terutama ilmu-ilmu syara'. Dan alangkah indahnya penyebutan kedudukan ilmu tersebut dalam suatu sya'ir, dimana dikatakan : -
تعلم فإن العلــــم زين لأهلــــه
و فضل و عنوان لكل المحـــــــامـد
و كن مستفيداً كل يوم زيـــــادة
من العلم واسج في بحور الفوائـــــد
تفقه فإن الفقه أفضل قائـــــــــد
إلى البـــر و التقوى و أعدل قاصــد
هو العلم الهادي إلى سنن الهدى
هو الحصن يُنجى من جميع الشدائد
فإن فقيهاً واحداً متورعـــــــــــا
أشد علـى الشيطان من ألف عابـــــد

" Tuntutlah ilmu dikarenakan Ilmu itu perhiasan bagi Ahli-nya
Keutamaan dan tanda bagi setiap puji-pujian

Dan jadilah seseorang yang mengambil faidah, setiap harinya sebuah faidah
Berupa ilmu dan selalu berlomba ditengah lautan faidah

Dan pelajarilah ilmu fiqh dikarenakan fiqh adalah sebaik-baik penuntun
Kearah kebaikan dan taqwa dan selurus lurus arah tujuan.

Dialah ilmu yang 'kan membawa kepada sunnah sang pembawa hidayah
Dialah pelindung yang akan menyelamatkan dari semua kesulitan

Dan dikarenakan seorang faqih lagi memiliki wara'
Lebih kuat menghalau syaithan dibanding seribu ahli ibadah "

Dan juga dalam bait sya'ir lainnya : -
العلم ميراث النبي كذا أتــى
بالنص و العلماء هم وُرَْاثه
ما خلف المختار غير حديثه
فينا فذاك متاعه و أثـــاثـــه
" Ilmu adalah warisan Nabi demikiannlah dijelaskan
Dalan nash syara', dan para Ulama-lah pewarisnya

Tidaklah beliau yang terpilih meninggalkan sesuatu selain hadist darinya
Bagi kami dan itulah perhiansan dan harta benda beliau "

Dari sekian banyak keutamaan Ilmu dan Ulama yang ada, diantaranya – disebutkan oleh Asy Syaikh Ibnul 'Utsaimin –rahimahullah – dalam risalah beliau Kitab Al Ilmu – kami nukilkan dengan sedikit perubahan dan pengurangan - : -
Ilmu adalah warisan para Nabi , sedangkan para Nabi –'alaihish sholatu was salam – tidaklah mewariskan dirham maupun dinar, nmun mereka hanya mewariskan Ilmu Syar'I, maka siapapun yang telah mengambil warisan ilmu ini maka sesungguhnyalah ia telah mengambil bagian yang paling utama dari warisan para Nabi.
Bahwa Ilmu akan kekal berbeda halnya dengan harta duniawiyah yang akan sirna suatu saat. Lihat saja semisal Abu Hurairah –radhillahu 'anhu- yang merupakan salah satu dari sekian shahabat yang tergolong fakir miskin, dimana terkadang beliau pingsan karena sebab menahan rasa lapar, demi Allah saya – yakni Asy syaikh rahimahullah –bertanya kepada kalian semua , apakah seringkali disebutkan nama Abu Hurairah –radhiallahu 'anhu – ditengah-tengah kaum muslimin pada zaman sekarang ini ? Tentunya iya, bahkan akan sangat sering kali didengarkan nama beliau, maka dengan demikian pula, beliau akan mendapatkan pahala bagi mereka yang mengambil manfa'at dari hadist-hadist yang beliau riwayatkan. Jadi Ilmu adalah suatu yang akn kekal berbeda halnya dengan harta benda duniawiyah. Maka seharusnyalah kalian wahai para penuntut Ilmu diin, untuk berpegang erat dengan Ilmu syar'I, dan dalam satu hadits yang shohih disebutkan, bahwa Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : -
" Jika seseorang telah meninggal akan terputus amalnya kecuali salah satu dari tiga amalan , shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfa'at ataukah anak sholeh yang selalu mendo'akannya "
Ilmu tidaklah membutuhkan penjagaan, dikarenakan sewaktu engkau diberikan oleh Allah rizki berupa Ilmu, maka tempatnya adalah didalam hati yang tidak membutuhkan kotak penyimpanan, adanya kunci atau selainnya, namun ilmu tersebut terjaga didalam hati, dan berada didalam penjagaan dirimu, dan pada saat bersamaan ilmu itu juga adalah penjagamu dari segala marabahaya – dengan idzin Allah 'azza wajalla - , ilmu tiada lain adalah pelindungmu, akan tetapi seperti harta benda, engkau mesti menjaganya, menaruhnya didalam kotak penyimpanan yang benar-benar tertutup rapat, itupun belum akan menenangkan diri mu.
Seseorang akan menjadikan ilmu sebagai wasilah untuk mencapai tingkatan Syuhada' Al Haq. Sebagaimana ditunjukkan dalam firman Allah ta'ala : -
" Allah mempersaksikan bahwa tiada Ilah – sembahan – yang benar selain Diri-Nya dan juga para Malaikat-Nya dan mereka yang diberikan padanya Ilmu tegak mempersaksikannya dengan keadilan "
Bahwa Ulama – Ahlul Ilmi – adalah salah satu dari dua kategori Ulil Amri, yang Allah telah memeraintahkan bagi kaum muslimin untuk ta'at kepada mereka, dalam firman –Nya : -
" Wahai orang-orang yang beriman ta'atlah kalian kepada Allah dan ta'atlah kepada Rasul-Nya dan juga kepada ulil amri diantara kalian "
Dimana dalam ayat ini Ulil amri mencakup para Penguasa/Pemimpin dan juga para Ulama /Penuntut Ilmu, dimana Ulama memiliki tugas untuk menjelaskan syari'at Allah, mengajak manusia untuk mengamalkannya, sedangkan tugas para pemimpin adalah untuk menjalankan syari'at Allah dan memerintahkan setiap manusia menta'atinya.
Para Ulama adalah mereka yang tegak menjalankan perintah Allah ta'ala, hingga tibanya hari kiamat. Dan hal ini ditunjukkan dalam hadist Mu'awiyah – radhiallahu 'anhu – beliau berkata : Saya telah mendengar Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda : -
" Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan , Allah akan jadikan ia seorang yang faqih dalam Ilmu Diin. Dan saya adalah al-Qasim –yang membagi dengan adil – sedangkan Allah adalah al-Mu'thi –yang Maha memberi - . Dan Ummat ini akan selalu tegak diatas perintah Allah , yang tidak akan mendatangkan kemudharatan siapapun yang menyelisihi mereka hingga datang ketentuan Allah "
Berkata Imam Ahmad –rahimahullah – menjelaskan hadist ini : " Jikalau bukan Ahlul hadist yang dimaksud, saya tidak tahu siapa mereka "
Berkata Al Qadhi 'Iyadh –rahimahullah - : " Yang dimaksudkan oleh Imam Ahmad adalah Ahlus Sunnah yang yang ber-'aqidah sejalan dengan Madzhab Ahlul Hadist "
Rasululah shollallahu 'alaihi wasalam tidaklah memboleh seseorang iri dan dengki kepada seorang lainnya atas nikmat yang ia peroleh dari nikmat pemberian Allah, terkecuali pada dua nikmat : -Pertama : Penuntut Ilmu dan yang mengamalkannya. Yang kedua : Seorang pengusaha yang menjadikan hartanya demi tegaknya Islam. Diriwayatkan dari hadist ' Abdullah bin Mas'ud – radhiallahu 'anhu – beliau berkata : Bersabda Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam : -
" Tidaklah dibolehkan hasad kecuali pada dua perkara : Seseorang yang Alah berikan limpahan harta yang mana ia menguasakannya sepenuhnya diatas Al Haq dan seseorang yang diberikan oleh Allah suatu hikmah lalu ia menunaikannya dan mengajarkannya "
Dan juga diantara faidah ilmu, yang disebutkan oleh Rasulullah shollalahu 'alaihi wasallam, dari hadist Abu Musa Al Asy'ari – radhiallahu 'anhu - : - Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : -
" Pemisalan atas apa yang Allah ta'ala utus denganku berupa hidayah dan ilmu syar'I, adalah bagaikan perumpamaan butiran air hujan yang membasahi bumi, maka ada satu bagian diantaranya yang dapat menyerap air hujan tersebut lalu menumbuhkan rerumputan dan semak yang banyak dan darinya ada bagian tanah yang akan menahan air. Maka Allah ta'ala akan memberikan manfa'at kepada segenap manusia dengan tanah tersebut, mereka minum darinya dan menyirami lahan pertanian mereka. Dan bagian lainnya yang disirami dengan hujan tersebut adalah tanah yang kering dan tidak mampu untuk menahan air dan tidak juga menumbuhkan rerumputan. Maka demikianlah pemisalan bagi seseorang yang telah diberikan pengetahuan ilmu fiqh dalam Agama Allah dan telah mendapatkan manfa'at dengan segala yang dengannya aku diutus oleh Allah, dimana ia mempelajarinya dan mengajarkannya dan pemisalan bagi seseorang yang sama sekali tidak memberikan penghargaan akan ilmu dan tidak menyambut hidayah/petunjuk Allah ta'ala yang dengannya aku diutus "
Dan juga ilmu merupakan sarana yang mendekatkan seseorang dan jalan menuju Sorga, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah –radhiallahu 'anhu - , Bahwa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
" Barang siapa yang meniti suatu jalan untuk menraih suatu ilmu pengetahuan niscaya Allah akan mudahkan baginya disebabkan hal itu, jalan menuju sorga "
Demikian pula yang disebutkan dalam hadits Mu'awiyah – radhiallahu 'anhu – beliau berkata : Bersabda Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam : -
" Siapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan Allah akan jadikan ia faqih dalam perkara Agama " .
Yakni Allah akan jadikan ia seorang yang mengerti ilmu fiqh terhadap setiap perkara Agama Allah, dan fiqh disini tidak sebatas fiqh seputar permasalahan hukum-hukum 'amaliyah yang khusus, yang dikenal oleh ulama sebagai Fiqh, melainkan mencakup pula ilmu Tauhid, Ushuluddin dan semua yang berkaitan dengan syari'at Allah. Sekiranya dalam nash-nash syara' tidak dijumpai hadits tentang keutamaan ilmu selain hadits ini, sudah cukup sebagai anjuran untuk menuntut dan mempelajari ilmu syara' dan memahaminya.
Ilmu merupakan cahaya yang menerangi seornag hamba hingga ia akan mengetahui bagaimana peribadatan yang benar kepda Rabb-nya, bagaimana bermu'amalah dengan hamba-hamba Allah lainnya.
Ilmu adalah juga merupaka cahaya yang menerangi seseorang hamba dalam melaksanakan setiap perkara-perkara Agamanya maupun yang berkaitan dengan perkara duniawiah-nya, dan bukanlah suatu yang tidak diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, sebuah hadits yang mengisahkan seseorang dari kaum Bani Israil yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, lalu ia mencari tahu seseorang yang paling 'alim dimuka bumi ini, bilakah ia bertaubat ? Lalu ditunjukkanlah ia kepada seorang Ahli Ibadah, dan ditanyakan kepadanya tentang taubatnya itu. Ahli Ibadah itu menjawab : " Tiada lagi taubat bagimu " Lantas Ahli Ibadah itupun dibunuhnya. Lalu ia mendatangi seorang 'Alim dan menanyakan tentang taubatnya, maka 'Alim itu menyatakan bahwa baginya masih ada harapan untuk bertaubat, dan tidak ada satupun yang bisa menghalanginya dari taubat, dan 'alim itu menganjurkan ia mendatangi suatu negeri yang penduduknya adalah orang-orang yng sholeh, lalu iapun mengikuti anjuran si 'Alim , namun akhirnya ia meninggal ditengah perjalannya … dan kisah ini adalah kisah yang masyhur.
Dengan Ilmu, allah ta'ala akan mengangkat derajat para Ulama diakhirat maupun didunia. Diakhirat ia akan ditinggikan derajatnya sesuai dengan amal dan da'wah ia dengan ilmu yang telah ia ketahui, adapun didunia Allah mengangkat derajat mereka diantara hamba-hamba lainnya sesuai dengan ilmu yang ia tunaikan. Allah ta'ala berfirman : -

" Allah ta'ala meninggikan derajat mereka yang beriman diantara kalian dan bagi mereka yang diberikan padanya ilmu, beberapa derajat "

Selain itu pula, yakni selain yang disebutkan oleh Asy Syaikh –rahimahullah - , yang juga menunjukkan keutamaan Ilmu dan Ulama : -

Sebagaimana disebutkan pada hadits Abu Darda' terdahulu, bahwa seorang 'Alim akan dimintakan ampunan kepada Alah oleh seluruh penghuni langit dan lautan, akan disanjung dihadapan Allah ta'ala dan penghargaan para Malaikat kepada mereka, Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : -
" Barang siapa yang meniti suatu jalan ia menghendaki suatu ilmu, maka Allah ta'ala akan memudahkan baginya jalan menuju sorga. Dan sesungguhnya para Malaikat merendahkan sayap-sayapnya dihadapan para penuntul ilmu sebagai –suatu bentuk – keridhoan dari apa yang telah mereka lakukan. Dan sungguhlah seorang 'alim akan dimintakan ampunan oleh para penghuni langit dan juga penghuni bumi hingga ikan-ikan yang berada dilautan.
Dan keutamaan seorang 'alim dibandingkan seorang 'abid –ahli ibadah – bagaikan keutamaan bulan dibandingkan dengan segenap bintang-bintang dilangit. Dan sesungguhnya Ulama adalah pewaris para Nabi dan para Nabi tidalah mewariskan Dinar maupun Dirham, namun mereka mewariskan ilmu, barang siapa yang telah menerimanya maka ia telah menerima bagian yang teramat besar. "
Ilmu juga adalah suatu barokah yang Allah limpahkan bagi siapapun yang mengembannya, Allah ta'ala berfirman : -
" Dan Allah menjadikan diriku – yakni Isa 'alaihis salam – membawa keberkahan dimanapun aku berada "
Berkata Mujahid menafsirkan ayat ini : " Yakni mengajarkan ilmu yang membawa kebaikan "
Ilmu –yakni Ilmu syara' – adalah salah satu sebab untuk menjaga hati seorang hamba tetap hidup , berdzikir dan beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala. Allah ta'ala berfirman ; -
" Dan demikian itu adalah yang Kami wahyukan kepadamu –Muhammad – adalah salah satu ruh dari perkara Kami dimana engkau dulunya tidaklah mengetahui kandungan dari Al Kitab dan tidak juga Iman, akan tetapi Kami jadikan Al Qur'an itu sebagai suatu cahaya yang akan beroleh petunjuk siapa yang Aku kehendaki dari setiap hamba-hamba-Ku. Dan sesungguhnya engkau pembawa hidayah menuju jalan yang lurus "
Dimana Allah menamakan wahyu/risalah yang diwahyukan kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam –yang tiada lain adalah hakikat dari ilmu syara' – sebagai suatu ruh, yakni suatu yang jasad tidak akan dikatakan hidup kecuali dengannya demikian juga hati seseorang tidaklah dikatakan hidup kecuali dengan ruh ilahiyah ini.
Ilmu juga merupakan sebab diturunkannya sakinah kepada seorang hamba, sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Abu Hurairah –radhiallahu 'anhu - , Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : -
" Tidaklah suatu kaum berkumpul disalah satu daru rumah-rumah Allah, melantukan bacaan Al Qur'an dan mempelajarinya sesame mereka, melainkan akan diturunkan kepada mereka sakinah/ketenangan dan akan dilimpahkan kepada mereka rahmat dan akan dikelilingi oleh para malaikat … "

Demikianlah arti penting serta keutamaan ilmu syar'I, terutama ilmu yang berkenaan dengan al-Qur'an , as-Sunnah serta madzhab as-Salaf, baik itu dalam masalah aqidah, ibadah, akhlaq, adab, manhaj dan selainnya.