Sabtu, 12 September 2009

Penuntun Ringkas Pelaksanaan Shalat 'Iedain (4)

1. Bagaimanakan Jika Shalat ‘Ied bertepatan dengan Shalat Jum’at ?

Keterangan :
Dalam masalah ini terdapat beberapa pendapat dikalangan ulama. Diantara mereka ada yang berpendapat gugurnya kewajiban shalat jum’at dan dhuhur, yang mana meupakan pendapat Atha’.
Diantara ulama ada yang berpendapat wajibnya melaksanakan shalat ‘Ied dan juga shalat jum’at. Pendapat ini merupakan pendapat Malik, Abu Hanifah, Ibnu Hazm dan Ibnul Mundzir.
Argumen mereka adalah keumuan ayat, yaitu firman Allah Ta'ala:
ﭽ ﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ ﭚ ﭛ ﭜ ﭝ ﭞ ﭟﭠ ﭡ ﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭼ
“ Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.” ( Al-Jumu’ah: 9 )
Adapun pendapat yang shahih, yang merupakan pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Majmu’ Al-Fatawa 24/211), bahwa bagi yang menghadiri shalat ‘Ied telah gugur kewajiban menghadiri shalat jum’at. Namun tetapi diwajibkan baginya untuk mengerjakan shalat dhuhur berpegang dengan keumuman nash-nash syara’. Sementara bagi Imam kaum muslimin, dalam hal ini pemerintah, diharuskan untuk menegakkan pelaksanaan shalat jum’at, agar yang berkeinginan menghadirinya dapat menghadiri shalat jum’at.

Pendapat ini merupakan pendapat madzhab Hanabilah dan dirajihkan oleh Ibnu Abdil Barr.
Argumen mereka:
Adalah sejumlah hadits, diantaranya yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ Sesungguhnya pada hari ini telah berkumpul dua ‘Ied bagi kalian. Barang siapa yang berkeinginan, maka shalat ‘Ied telah mencukupinya dari menghadiri jum’at, sementara saya termasuk yang mengerjakannya “
[HR. Abu Daud (1/1073), Ibnu Majah (1/1311), Al-Hakim (1/288) dan selainnya]
Namun Ad-Daraquthni merajihkan bahwa hadits diatas adalah hadits yang mursal.
Dan juga hadits Zaid bin Arqam. Mu’awiyah telah bertanya kepada Zaid bin Arqam: Apakah anda pernah menyaksikan shalat ‘Ied bersama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ?
Beliau berkata, “Benar. Beliau mengerjakan shalat ‘Ied diawal hari, kemudian memberikan keringanan dalam pelaksanaan shalat jum’at.”
[HR. An-Nasaa’i (3/1591) dan didalam Al-Kubra (1/1793), Abu Daud (1/1070), Ibnu Majah (1/1310), Ad-Darimi (1/378), Ahmad (4/372), Al-Hakim (1/288) dan selainnya]
Hadist diatas dishahihkan oleh Ali bin Al-Madini, sebagaimana yang dikutip oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar.
Namun pada sanadnya terdapat perawi bernama Iyas bin Abi Ramlah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnul Jauzi mengatakan dia perawi yang majhul (tidak diketahui).

Dan juga diriwayatkan dari hadits Ibnu Umar, beliau berkata, “Telah berkumpul hari ‘Ied dan jum’at dizaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat mengimami kaum muslimin, lalu berliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barang siapa yang hendak mendatangi shalat jum’at maka tidak mengapa dia mendatanginya dan barang siapa yang hendak meninggalkannya tidak mengapa dia meninggalkannya.”
[HR. Ibnu Majah (1/1312)]
Hadist tersebut dha’if, pada sanadnya terdapat perawi bernama Jabbarah bin Al-Mughallis dan juga Mindil bin Ali Al-‘Anazi keduanya adalah perawi yang dha’if.
Dan beberapa atsar lainnya yang diriwayatkan dari beberapa sahabat dan tabi’in semakna dengan hadits diatas.

Ibnu Abdil Barr dalam mengulas masalah ini, beliau mengkritik pendapat pertama daitas, dengan mengatakan, “ Adapun pendapat … bahwa shalat jum’at gugur dengan adanya shalat ‘Ied, dan tidak juga mengerjakan shalat dhuhur dan jum’at, maka merupakan pendapat yang sangat jelas fasad dan kekeliruannya. Pendapat yang tertolak dan ditinggalkan, dan tidak layak untuk ditinjau. Dikarenakan Allah Ta'ala’ berfirman:
ﭽ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ ﭼ
“Apabila diserukan untuk mengerjakan shalat pada hari jum’at “

Dan Allah tidak mengkhususkan hari ‘Ied dari hari-hari lainnya. Sementara atsar yang marfu’ dalam masalah ini, tidaklah menyebutkan gugurnya shalat jum’at dan juga shalat dhuhur, akan tetapi hanya menunjukkan keringanan untuk tidak menghadiri shalat jum’at … “ (At-Tamhid 10/274).


2. Beberapa amalan yang makruh dan menyelisihi sunnah pada pengerjaan shalat ‘Ied.

- Mengerjakan shalat qabliyah dan ba’diyah menyertai shalat ‘Ied
- Adzan dan Iqamah sebelum Shalat ‘Ied
- Ucapan: Ash-Shalat al-Jaami’ah dan semisalnya
- Shalat dua raka’at secara khusus dimalam ‘Ied. Adapun hadits-hadits yang menyebutkan tentang shalat malam ‘Ied adalah hadits-hadits yang maudhu` (palsu) dan sangat dha’if.
- Mendahulukan khutbah sebelum pengerjaan shalat ‘Ied
- Mengadakan mimbar untuk khutbah ‘Ied.
- Mengerjakan shalat ‘Ied di masjid tanpa adanya udzur.
- Meninggalkan shalat ‘Ied dibelakang seorang yang dianggap ahli bid’ah (namun tidak sampai pada kekufuran).
- Mengerjakan shalat ‘Ied di lapangan yang kecil/sedikit menampung jama’ah, sementara ada lapangan/mushalla terdekat yang dapat menampung banyak jama’ah.
- Mendirikan mushalla ‘Ied atas dasar hawa nafsu dan tahazzub (fanatisme kelompok), sementara dijumpai mushalla ‘Ied kaum muslimin.
- Menempatkan shaf laki-laki bergantian dengan shaf wanita, atau shaf laki-laki sejajar dengan shaf wanita.
- Keluarnya wanita dengan bertabarruj (berhias) yang tidak syar’i.
- Bersenda gurau ketika khutbah ‘Ied.



Abu Zakariya Abdurrahman Rizq
al-Madrasah al-Atsariya
Villa Nusa Indah II - Bekasi
Pusat Dakwah Daar el-Salam