Rabu, 01 Juli 2009

Budaya “Perdukunan” dan “Paranormal”

Fenomena Sihir dan Perdukunan
Allah Ta’ala berfirman,
ﭽ ﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗﭘ ﭙ ﭚ ﭛ ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠ ﭡ ﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﭼ
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”

Firman Allah ta’ala,
ﭽ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲﯳ ﯴ ﯵ ﯶ ﯷ ﯸ ﭼ
“Musa berkata: "Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini?" padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan".”

Firman-Nya ta’ala,
ﭽ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪﭫ ﭬ ﭭ ﭮﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭼ0
“Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: "Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidak benarannya" Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-yang membuat kerusakan.(81) Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).”

Dan firman-Nya,
ﭽ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ ﭼ
“Maka Musa merasa takut dalam hatinya.(67) Kami berkata: "janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".” (Thaahaa, ayat : 67-69)

ﭽ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰﯱ ﯲ ﯳ ﯴ ﯵ ﯶ ﯷ ﯸ ﯹ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ ﯿ ﰀ ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ ﰇ ﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ ﭼ
“Dan Kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!". Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan.(118) Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.(119) Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. (120) Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,(121) "(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".” (al-A’raaf, ayat : 117-122)

Dan firman Allah subhanahu,
ﭽ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﭼ
“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,(1) dari kejahatan makhluk-Nya,(2) dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,(3) dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, (4) dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki." (al-Falaq: 1-4)

Al-Qurthubi menafsirkan, “Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul.” Yakni, sihir-sihir yang mana wanita-wanita tukang sihir itu menghembuskan pada buhul-buhul benang ketika menjampi-jampi /memanterainya.
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul.” Telah mengatakan Mujahid, Ikrimah, al-Hasan Qatadah dan adh-Dhahak, yakni wanita-wanita tukang sihir.
Ibnu Jarir ath-Thabari berkata, yaitu dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul benang ketika mereka memanterainya, berkata al-Qasami, “Inilah sebagaimana yang dikatakan ahli takwil.”

Dalil-dalil dari as-Sunnah

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi # bahwa beliau bersabda, “Jauhilah kalian tujuh dosa besar yang membinasakan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ketujuh dosa yang besar tersebut?”
Beliau # menjawab, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa Allah haramkan kecuali dengan alasan yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri disaat terjadinya peperangan dan menuduh wnaita-wanita muslimah yang telah bersuami lagi menjanda diri namun dalam keadaan lengah bahwa mereka melakukan zina.”

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata bahwa Rasulullah # bersabda,
“Barang siapa yang mempelajari salah satu cabang ilmu nujum, berarti dia telah mempelajari sebagian dari ilmu sihir. Semakian bertampah yang dipelajarinya, maka semakin bertambah pula (yaitu dosanya).”

Diriwayatkan dari Imran bin Hushain radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, bahwa Rasulullah # bersabda,
“Bukan bagian dari golongan kami yang melakukan tathayyur (meramal kesialan) atau seseorang yang melakukan praktek perdukunan atau mendatangi dukun, atau melakukan sihir dan minta untuk disihirkan. Dan siapa saja yang mendatangi seorang dukun lalu dia membenarkannya atas segala yang diucapkan –dukun tersebut-, maka sungguh orang tersebut telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad.”

Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah # bersabda, “Tidak akan masuk surga pecandu khamar dan seseorang yang mempercayai sihir dan seseorang yang memutuskan tali silaturrahmi.”
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Barangsiapa mendatangi seorang peramal atau tukang sihir atau dukun, lalu dia bertanya dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad #.”

Abu Muhammad al-Maqdisi rahimahullah didalam kitab al-Kaafi mengatakan, “Sihir adalah jampi-jampi, mantra-mantra dan simpul-simpul ikatan yang memberikan pengaruh kepada hati dan badan, hingga seseorang dapat menjadi sakit dan terbunuh dan juga dapat memisahkan antara suami dan istrinya.
Allah ta’ala berfirman,
“Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.” (al-Baqarah: 102)”
(Dikutip secara ringkas dari ash-Shaarim al-Battar)

Siapakah yang dinamakan Dukun?

Dalam persepsi syara’ yang dikategorikan sebagai dukun/ahli teluh adalah siapa saja yang mengklaim memiliki pengetahuan akan perkara-perkara gaib, walau melalu perantara selain dirinya sndiri. Pada tinjauan ini, termasuk dalam kategori dukun;
1. Kahin (dukun), mereka adalah orang-orang yang berinteraksi dengan syaitan, meminta bantuan syaitan tersebut untuk mendapatkan kabar dari langit. Lalu dukun (kahin) ini menyampaikannya kepada siapa saja yang bertanya kepadanya. Hanya saja penyampaian mereka seringkali disertai dengan kedustaan dan ucapan-ucapan manusia. Ketika perkataan dukun tersebut sesuai dengan kejadian yang ada, orang-orangpun menyangkan bahwa dukun ini mengetahui perkara gaib.

2. ar-Rammal, yaitu seseorang yang menggaris sesuatu di atas tanah atau selainnya untuk meramalkan hal-hal gaib.

3. an-Nusyrah, yaitu pengobatan sihir dengan mempergunakan sihir dan bantuan syaitan. Ibnul Jauzi mengatakan, “an-nusyrah adalah pengoabtan sihir dari seorang penderita sihir, yang hampir tidak mungkin dilakukan kecuali bagi seseorang yang mengetahui ilmu sihir.”
Al-Hasan al-Bashri mengatakan, “an-nusyrah adalah bagian dari ilmu sihir.”
Dari hadits Jabir, Rasulullah # telah ditanya tentang an-nusyrah, lalu beliau # menjawab, “an-nusyrah adalah bagian dari amal syaitan.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad dengan sanad yang hasan)

4. al-Munajjim (ahli nujum), yaitu seseorang yang mempelajari ilmu nujum (atau dikenal dengan astereology) ataukah berkeyakinan bahwa an-nujum (bintang-bintang) memberikan pengaruh pada kejadian dan nasib seseorang. Ataukah bintang-bintang tersebut sebagai sebab kebaikan dan keburukan pada diri seseorang.

5. ath-tathayyur, yaitu meramalkan nasib buruk atau kesialan berdasarkan kejadian/hal yang terlihat, didengar atau suatu yang diketahuinya. Allah ta’ala berfirman,
“Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (al-A’raf: 131)
At-tathayyur ini tergolong perbuatan syirik, jika terdapat rasa was-was, perasaan takut dan khawatir pada diri orang yang melakukannya. Adapun yang tidak memperdulikan hal tersebut, maka tidaklah termasuk perbuatan syirik.

6. al-‘Iyafah, yaitu ramalan kebaikan atau kesialan dengan menerbangkan burung. (Lihat an-Nihayah fii Ghariib al-Hadits, bab. Az-zai ma’a al-jiim)
Juga terkadang dengan nama dan suara burung bahkan dengan arah terbangnya.

7. ath-Thariq bil-hashaa, yaitu memukul-mukulkan batu-batuan untuk mengetahui dan meramalkan hal-hal gaib.

8. Paranormal, yaitu seseorang yang mengklaim pengetahuan ilmu gaib (metafisika) dan dapat berhubungan dengan dunia kasat mata (gaib). Baik pada sesuatu yang telah terjadi di masa lalu tanpa disaksikannya atau yang akan terjadi di masa mendatang. Penamaan ini masuk dalam lingkup ‘arraf.

9. Tukang ramal (‘arraf), Ibnul Atsir menerangkan, “Bahwa yang dimaksud dengan ‘arraaf (peramal) adalah ahli nujum atau “orang pintar”, yang mengklaim mengetahui ilmu gaib padahal hanya Allah subhanahu wa ta'ala yang mengetahui persoalan gaib. Tukang ramal ini termasuk dalam kategori kahin (dukun).”

10. Tukang teluh dan tukang sihir, yang meniupkan sihir/teluh pada jampi-jampi, mantera-mantera tetentu, buhul dan selainnya, sebagaimana disebutkan sebelumnya diatas.
Kesimpulannya, bahwa penamaan “dukun”, berlaku bagi siapa saja yang dengan segala cara dan metode mengklaim pengetahuan akan hal-hal gaib juga siapa saja yang berhubungan dengan syaitan untuk mengetahui perkara-perkara gaib.

Beberapa sebab Kekafiran para Dukun

1. Dikarenakan para dukun tersebut pada hakikatnya adalah pembantu-pembantu syaitan serta loyal kepada mereka. Dan syaitan tidak akan membantu seseorang kecuali orang tersebut loyal kepadanya. Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya syaitan akan memberikan wahyu kepada para wali mereka.” (al-An’am: 121)

2. Para dukun tersebut telah keluar dari cahaya iman dan hidayah dan terjerumus didalam jurang kekufuran dan kesesatan. Allah ta’ala berfirman,
“Dan orang-orang kafir, wali mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan merek dari cahaya menuju kegelapan.” (al-Baqarah: 257)

3. Firman Allah subhanahu wa ta’ala,
“Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (an-Nisa`: 119)
Para dukun tersebut tidak hanya menjadikan syaitan sebagai pelindung, bahkan sebagai pembantu, penolong dan wali mereka dalam praktek perdukunan tersebut.

4. Penamaan thaghut kepada para dukun, sebagaimana pada firman Allah subhanahu wata’ala,
“Dan mereka berkeinginan untuk berhukum kepada thaghut, sedangkan mereka telah diperintahkan untuk kufur kepadanya. Sesungguhnya syaitan ingin menyesatkan mereka dengan kesesatan yang nyata.” (an-Nisa`: 60)
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang berhukum kepada seorang dukun yang bernama Juhainah. Penyerupaan para dukun tersebut dengan Allah ta’ala pada sifat-sifat-Nya serta klaim keikut sertaan mereka dalam kuasa Rububuyah Allah. Karena perkara gaib adalah bagian dari sifat rububiyah Allah yang telah disembunyikannya disisi-Nya. Allah ta’ala berfirman,
“Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (al-Jin: 26-27)

5. Klaim mereka tersebut, yaitu mengetahui perkara gaib, mengandung pendustaan terhadap al-Qur`an al-Karim dan syariat yang Allah turunkan kepada para rasul-Nya.

6. Beberapa keterangan syara’ yang menunjukkan kekufuran orang-orang yang mendatangi para dukun, tukang teluh, penyihir, paranormal dan selainnya kemudian dia membenarkannya, tentulah menunjukkan kekufuran pelaku kekufuran itu sendiri. Dan juga Nabi # bersabda,
“Bukanlah bagi kami yang meramalkan kesialan atau meminta ramalan kesialan, yang melakukan praktek perdukunan dan mendatangi para dukun, yang melakukan sihir dan minta diberikan sihir. Barang siapa yang mendatangi seorang dukun lalu membenarkan semua yang dikatakannya, maka dia telah kufur kepada Muhammad #.” (HR. al-Bazzar dari hadits Imran bin Hushain dengan sanad yang jayyid. Lihat at-Targhib no. 4467)

Hukum mendatangi Dukun dan Paranormal

Rasulullah # dalam beberapa hadits telah menerangkan keharaman sihir dalam semua bentuk, baik itu dalam bentuk perdukunan, teluh, jampi-jampi, paranormal, tukang ramal, ahli nujum dan semisalnya.
Diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim didalam kitab Shahih beliau, bahwa Rasulullah # bersabda,
“Barang siapa yang mendatangi tukang ramal, menanyakan sesuatu kepadanya, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari.”

Abu Dawud didalam Kitab as-Sunan beliau, meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah dari Nabi #,
“Barang siapa yang mendatangi dukun dan membenarkan segala yang dikatakannya, maka dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.”
Dan pada lafazh lainnya,
“Barang siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu dia membenarkan segala yang dikatakannya, maka dia telah kafir terhadap –wahyu- yang diturunkan kepada Muhammad.”

(Rujukan: Ma’arij al-Qabul, ash-Shariim al-Battar , Fathul Madjid syarh Kitab at-Tauhid untu, al-Qaul al-Mufiid syarh Kitab at-Tauhid karya asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin, Miftaah Daar as-Sa’adah, Tafsir ath-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir)