Sabtu, 04 Juli 2009

Abu Hurairah

Nisbah dan Kelahiran beliau

Berkaitan dengan nama beliau, terdapat perbedaan dikalangan ulama. Ada yang menyebutkan bahwa nama beliau adalah Abdurrahman bin Shakr. Al-Hakim Abu Ahmad menyebutkan, ”Bahwa inilaha nama beliau yang paling shahih.” Ibnu Abdil Barr dan an-Nawawi mengatakan, ”Dari tiga puluhan pendapat, nama beliau yang paling tepat adalah Abdurrahman.” Selain itu ada yang mengatakan nama beliau adalah Ibnu Ghanm. Dan dimasa jahiliyah ada yang menyebutkan bahwa nama beliau adalah Abdu Syams kemudian Rasulullah SAW menggantinya menjadi Abdullah dan diberi kunyah sebagai Abu Hurairah. Ibnu Asakir menyebutkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah, ”Bahwa Rasulullah SAW memberi kunyah kepadaku sebagai Abu Hirr,” dikarenakan beliau sering bermain dengan kucing disaat masih kecil. Ada yang menyebutkan bahwa nama beliau adalah : Amir, ada yang menyebutkan, Bariir dan selainnya.
Sedangkan nama bapak beliau juga terdapat perselisihan, Hisyam bin al-Kalbi menyebutkan bahwa nama bapak beliau adalah Umair bin Amir bin Dzi asy-Syara bin Thariif bin Ayyan bin Abu Sha’ab bin Haniyyah bin Sa’ad bin Tsa’labah bin Salim bin Fahm bin Ghanm bin Daus bin Adnan bin al-Azdi. Adapun ibunda beliau adalah Maimunah binti Shubaih –radhiallahu ’anha-.
Beliau dilahirkan tahun 31 setelah kejadian tentara Gajah, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Atiqi dan al-Qa’nabi di dalam tarikh beliau.

Ke-Islaman beliau

Diantara ulama ada yang menyebutkan bahwa awal ke-Islaman beliau radhiallahu ‘anhu adalah pada tahun terjadinya perang Khaibar yaitu di awal tahun ke tujuh hijriyah. Dan ketika beliau mneyatakan ke-islaman beliau dihadapan Nabi SAW, beliau SAW bertanya kepadanya, “Dari manakah engkau?” Abu Hurairah menjawab, “Dari –kabilah- Daus.” Kemudian beliau SAW bersabda, “Tidaklah saya sebelumnya melihat pada kabilah Daus seseorang yang memiliki kebaikan.”
Dan Abu Hurairah juga mengatakan, bahwa beliau telah turut serta dalam peristiwa perang Khaibar sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sa’id bin al-Musayyab. Qais bin Abi Hazim menyebutkan bahwa Abu Hurairah berkata, “Saya tiba di Khaibar setelah mereka menuntaskan peperangan.”
Pada riwayat lainnya disebutkan bahwa Abu Hurairah berkata, “Saya tiba di Madinah sebagai seorang muhajir. Disaat yang bersamaan Nabi SAW telah pergi menuju Khaibar. Lalu saya mengerjakan shalat dibelakang Siba’ bin’Arfathah.” Setelah itu Abu Hurairah menyertai Rasulullah SAW selama empat tahun, sejak penaklukan Khaibar hingga wafat Rasulullah SAW.
Abu Hurairah mengatakan, “Saya tiba di Madinah –demi Allah- sementara Rasulullah SAW sedang berada di Khaibar. Saat itu usia saya telah melebihi tiga puluh tahun. Lalu saya bermukim di Madinah hingga beliau SAW wafat. Saya mengikuti beliau ke rumah-rumah istri beliau, melayani beliau, turut serta disaat beliau SAW mengerjakan jihad dan haji, mengerjakan shalat dibelakang beliau, hingga saya –demi Allah- adalah orang yang mengetahui akan hadits beliau SAW.”


Sifat dan Kepribadian Abu Hurairah

Abu Hurairah radhiallahu ’anhu adalah seorang yang berdada bidang dengan dua pundak yang berjauhan. Dengan dua jalinan rambut dikepala beliau. Beliau sering mewarna rambut beliau dengan warna merah. Dengan geraham yang renggang.
Beliau adalah sahabat yang paling sering menemani Nabi SAW, kemana saja Nabi SAW berada beliau selalu mengikutinya. Sementara saat itu para sahabat lainnya menyibukkan diri dengan kesibukan mereka di pasar maupun diladang-ladang mereka.
Abu Hurairah telah mendapatkan kebaikan dari janji Rasulullah SAW dalam hal periwayatan hadits dan ilmu dari beliau SAW. Dimana awalnya beliau khawatir akan terlupakan segala yang dia dengarkan dari Rasulullah SAW. Hingga Rasulullah SAW bersabda, ”Siapakah yang akan menghamparkan pakaian luarnya agar saya menuntaskan perkataanku kepadanya, hingga dia tidak akan lupa sesuatupu yang dia telah dengarkan dariku.” Abu Hurairah berkata, ”Maka saya menghamparkan kain burdah saya hingga beliau SAW menyelesaikan haditsnya. Kemudian saya melipatnya. Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah saya lupa sesuatupun semua yang saya dengar dari beliau SAW.” (diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).
Dan Rasulullah SAW sendiri mempersaksikan akan kemauan beliau yang kuat untuk mencari dan menghafalkan ilmu.

Salim bin Hibban meriwayatkan dari bapaknya dari Abu Hurairah, beliau mengatakan, ”Saya tumbuh besar dalam keadaan yatim lagi miskin. Dan saya dulunya bekerja upahan pada putri Ghazwan. Yaitu dengan mendapatkan upah sekedar memenuhi perutku dan ganti atas langkah kakiku. Saya membantu mereka jikalau mereka hendak menaiku tunggangan dan menjdi sandaran jika mereka hendak turun dari tunggangannya. Maka segala puji bai Allah yang telah menjadikan agama Islam sebagai penegak dan Abu Hurairah sebagai imam.

Abu Zaid meriwayatkan bahwa pernah Abu Hurairah berdiri di atas mimbar Rasulullah, pada tempat setelah tempat berdiri Rasulullah SAW. Kemudian beliau berkata, ”Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah bagi Abu Hurairah untuk memeluk Islam. Segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan ilmu tenang al-Qur`an bagi Abu Hurairah. Dan segala puji bagi Allah yang telah berkenan menganugrahkan Muhammad SAW bagi Abu Hurairah. Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan kepadaku berupa khamiir (roti yang telah meragi) dan mengenakan pakaian tinta bagiku. Segala puji bagi Allah yang telah menikahkanku dengan putri Ghazwan setelah sebelumnya saya adalah buruh upahannya...”
Dan beliau juga mengatakan, ”Saya pernah pingsan diantara al-qubur dan al-minbar karena menahan rasa lapar, hingga mereka mengatakan bahwa saya seorang yang telah gila.”
Rasulullah SAW juga pernah mendoakan agar Abu Hurairah dicintai oleh setiap mukmin laki-laki maupun wanita. Imam Ahmad mengatakan, ”Saya pernah bermimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW, lalu saya bertanya, ”Wahai Rasulullah apakah semua yang Abu Hurairah riwayatkan benar?” Beliau SAW bersabda, ”Iya.”
Abu Shalih mengatakan, “Abu Hurairah adalah sahabat yang paling kuat hafalan haditsnya.”
Asy-Syafi’I mengatakan, Abu Hurairah adalah seorang yang paling kuat hafalan haditsnya di masa beliau.”
Makhul menghikayatkan, bahwa disuatu malam ketika orang-orang berkumpul di salah satu kubah kediaman Mu’awiyah radhiallahu ‘anhu, berdirilah Abu Hurairah membacakan hadits dari Rasulullah SAW hingga shubuh hari. Beliau –Abu Hurairah- sendiri mengatakan, “Saya tidak mengetahui seorangpun sahabat Rasulullah SAW yang lebih kuat hafalan haditsnya dariku.”
Ubai bin Ka’ab berkata, “Abu Hurairah adalah seorang yang paling berani dihadapan Rasulullah SAW, beliau menanyakan beberapa hal kepada Rasulullah SAW yang kami tidak berani menanyakannya.”
Ibnu Umar berkata, “Wahai Abu Hurairah, engkau adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW dan paling mengerti akan hadits beliau SAW.”

Adapun perihal ibadah beliau, disebutkan bahwa Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dalam setiap hari bertasbih hingga seribu kali tasbih. Dan beliau juga terus menerus menjaga ibadah puasa, shalat malam serta gemar menjamu tamu.
Abu Utsman an-Nahdi mengatakan, “Saya berkunjung ke kediaman Abu Hurairah, dan adalah beliau, istri dan pembantu beliau silih berganti mengerjakan shalat di waktu malam dengan membaginya menjadi tiga waktu, ketika yang satu telah selesai shalat maka dia membangunkan yang lainnya demikian hingga orang yang ketiga.”
Abu Bakar bin Dawud pernah berjumpa dengan Abu Hurairah didalam mimpi beliau, dan dia berkata kepada Abu Hurairah, “Sungguh saya mencintai anda.” Maka Abu Hurairah berkata, “Saya adalah shahib hadits –penyandang hadits Nabi- yang pertama kali ada di dunia.”
Dan beliau termasuk diantara ashhab ash-shuffah, yaitu sahabat yang tidak memiliki kediaman dan hanya menempati pojok masjid sebagai rumah mereka. Abu Nu’aim di dalam al-Hilyah mengatakan, “Beliau adalah pemimpin mereka dan seorang yang paling terkenal sebagai ashhab ash-shuffah.”
Dari Syarahbil, dia mengatakan bahwa Abu Hurairah senantiasa mengerjakan puasa senin dan kamis.
Dan beliau ada seseorang yang berakhlak mulia. Dan beliau juga sangatlah ramah kepada anak-anak kecil, hingga terkadang beliau radhiallahu ‘anhu datang menemui mereka sementara mereka diwaktu malam sedang bermain permainan kaum arab badui. Dan anak-anak tersebut tidaklah menyadari kehadiran beliau, hingga beliau membaurkan diri beliau bersama dengan mereka, lalu turut memukulkan kedua kaki beliau. Hal tersebut menjadikan anak-anak tadi kaget hingga berlarian.
Dan beliau juga seorang yang tidak terkesan dengan gelimang harta dunia, walau beliau memiliki kedudukan sebagai gubernur di Madinah. Tsa’labah bin Abu Malik al-Qurazhi menyebutkan, bahwa apabila Mu’awiyah memberikan sesuatu hadiah kepada Abu Hurairah, maka beliau akan terdiam. Namun jika tidak, barulah beliau –radhiallahu ‘anhu- melanjutkan ucapan beliau.”
Dan juga sekali waktu beliau diberi hadiah sejumlah seratus ribu dinar. Yang mana hadiah tersebut menjadikan dahi beliau berkucuran keringat. Beliau berkata, “Saya bersedekah dengan hadiah ini lebih saya senangi dari pada seratus ribu, ditambah seratus ribu, ditambah seratus ribu dirham dari harta si fulan.”

Di masa pemerintahan Mu’awiyah, beliau rahimahullah diangkat sebagai gubernur Madinah, kemudian beliau menyerahkannya kembali di masa pemerintahan Marwan. Berkaitan dengan permasalahan kekuasaan ini, beliau rahimahullah berkata, “Mereka mengutus kekuasaan kepadaku sementara saya tidak menyukainya dan mereka menanggalkannya sementara saya sangat mencintainya.” Beliau dikirimkan harta sejumlah empat ratus ribu dinar dari Bahrain dan menurunkan beliau dari kedudukannya sebagai gubernur, kemudian beberapa waktu setelahnya, beliau diminta lagi untuk menjabat sebagai gubernur namun menolaknya.


Jumlah hadits yang beliau riwayatkan

Beliau meriwayatkan sangat banyak hadits dari Nabi SAW, bahkan beliau adalah sahabat yang paling banyak riwayatnya dari Nabi SAW. Abu Hurairah mengatakan, ”Saya telah menghafalkan dari Rasulullah SAW tiga kantong besar hadits. Dan saya hanya menyampaikan dua kantong saja.” Pada riwayat lainnya, ”Saya telah menghafalkan dari beliau SAW dua bejana besar. Adapun salah satunya, maka saya telah menyebar luaskannya kepada kaum muslimin sementara bejalan satunya, kiranya saya menyebarkannya, niscaya ilmu ini akan berkesudahan.”
Beliau meriwayatkan lima ribu tiga ratus tujuh puluh empat hadits. Tidak seorangpun sahabat yang meriwayatkan jumlah hadits sebanyak ini. Yang disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim sebanyak tiga ratus dua puluh enam hadits. Sementara yang diriwayatkan oleh al-Bukharis ecara terpisah sejumlah sembilan puluh enam hadits dan oleh Muslim secara terpisah sebanyak seratus sembilan puluh hadits.
Asy-Syafi’i mengatakan, ”Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak hafalan haditsnya di masa beliau. Abu Hurairah mengatakan –pada riwayat yang shahih dari beliau-, ”Tidak seorangpun yang lebih banyak haditsnya dariku selain si fulan, karena menulis hadits.”
Dan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berbahagian dengan syafa’at anda kelak?” Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh saya telah memperkirakan, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak seorangpun yang akan menanyakan hadits ini seseorangpun sebelum engkau. Karena saya telah melihat samangat engkau akan hadits. Sesungguhnya orang yang paling berbahagian dengan syafa’atku kelak pada hari kiamat adalah yang mengucapkan kalimat, Laa ilaha Illallah dengan ikhlas dari dalam hatinya.
Yang beliau maksudkan adalah Abdullah bin Amru bin al-’Ash radhiallahu ’anhma. Abdullah bin Amru bin al-’Ash telah dipanjangkan usia hingga melebihi Abu Hurairah, hanya saja Abu Hurairah bermukim di Madinah dan tidak pernah meninggalkan kota Madinah. Sementara orang-orang berdatangan ke kota tersebut dari segala penjuru setelah wafatnya Rasulullah. Hal tersebut karena beberapa alasan, diantaranya karena alasan ilmu, dan adalah Abu Hurairah seorang sahabat yang terdepan dalam riwayat dan penyebaran ilmu. Berbeda dengan Abdullah bin Amru binal-’Ash, dimana beliau bersafar ke beberapa negeri dan lebih cenderung kepada ibadah. Karena itulah hadits beliau tidak begitu tersebar luas dan riwayat beliau juga tidak demikian banyaknya. Semoga Allah meridhai mereka berdua.

Beliau juga mengatakan, ”Sesungguhnya orang-orang telah berkomentar bahwa Abu Hurairah sangat banyak meriwayatkan hadits?!. Demi Allah sekiranya bukan karena dua ayat didalam Kitabullah, tidaklah saya menyampaikan satupun hadits,” kemudian beliau melantunkan firman Allah,

”Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati. kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (al-Baqarah: 159-160)
Saudara-saudara kami kaum Muhajirin telah sibuk dengan perdagangan mereka sementara saudara-saudara kami kaum Anshar sibuk dengan harta mereka.”

Beliau telah menyadur ilmu yang sangat banyak dari Nabi SAW, tidak seorangpun sahabat yang melebihi banyaknya ilmu yang beliau riwayatkan dari Nabi SAW. Juga beliau meriwayatkan dan menyadur ilmu dari Ubay bin Ka’a, Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar, Usamah, Aisyah, al-Fadhl, Bashrah bin Abi Bashrah dan Ka’ab al-Jadr. Al-Bukhari mengaakan, “Lebih dari delapan ratus antara sahabat maupun tabi’in yang telah meriwayatkan dari Abu Hurairah.”
Dan beliau termasuk diantara sahabat yang mengeluarkan fatwa di Madinah, bersama dengan Ibnu Umar dan Ibnu Abbas.”
Ibnu Hazm mengatakan, “Sahabat pada tingkat pertengahan dalam hal fatwa adalah Utsman, Abu Hurairah, Abdullah bin Amru bin al-Ash, Ummu Salamah, Anas, Abu Sa’id, Abu Musa, Abdullah bin az-Zubair, Sa’ad bin Abi Waqqash, Salman al-Farisi, Jabir, Mu’adz dan Abu Bakar.”
Sementara yang meriwayatkan dari beliau, baik dari generasi sahabat dan tabi’in juga sangat banyak, ada yang menyebutkan hingga mencapai delapan ratus orang. Diantara mereka Jabir bin Abdullah, Ibnu Abbas, Jahman al-Aslami, al-Jullaas, al-Hasan al-Bashri, Humaid bin Abdurrahman, Hanzhalah bin Ali, Rabi’ah al-Jurasyi, Salim al-‘Umari, Sa’id bin al-Musayyab, Sa’id al-Maqburi, Sa’id bin Abi Hind, Shalih maula at-Tau`amah, Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash, Thawus al-Yamani, Amir asy-Sya’bi, Abdullah bin Rafi’ maula Ummu Salamah, Abu Salamah Abdullah bin Rafi’ al-Hadhrami, Abdullah bin Syaqiq, Ubaidullah bin Abdillah bin Umar, Abdurrahman bin Abdillah bin Ka’ab, Abdurrahman bin ghanm, Abdurrahman bin Abi Karimah, Abdurrahmanbin Mihran maula Abu Hurairah, al-‘A’raj Abdurahman bin Hurmuz, Atha’ bin Yazid, Atha` bin Yasaar, Urwah bin az-Zubair, Amru bin Dinar, al-Qasim bin Muhammad, al-Mughirah bin abi Burdah, Makhul, Musa bin Thalhah, Maimun bin Mihran, Nafi’ bin Jubair, Nafi’ al-‘Umari, Nu’aim al-Mujmir, Abu Idris al-Khaulani, Abu Shalih as-Samman, Ummu ad-Darda` ash-Shughra dan masih banyak lagi lainnya.

Wafat beliau

Beliau wafat di Madinah an-Nabawiyah, ada yang mengatakan bahwa beliau wafat di al-‘Aqiiq. Dan dimakamkan di Baqi’. Adapun tahun wafat beliau, dikalangan ulama ada yang berpendapat bahwa Abu Hurairah radhia;;ahu ‘anhu wafat tahun 57 Hijriyah bertpatan dengan tahun wafatnya Aisyah radhiallahu ‘anha. Ada juga yang berpendapat beliau wafat tahun 59 Hijriyah, dan pendapat terakhir ini yang dibenarkan oleh Imam an-Nawawi.
Al-Waqidi menyebutkan, bahwa Abu Hurairah menshalati jenazah Aisyah radhiallahu ‘anha tahun 58 Hijriyah di bulan Ramadhan, dna juga menshalati jenazah Ummu Salamah pada bulan Syawal tahun 59 Hijriyah. Dan beliau wafat setelah itu ditahun yang sama pada usia tujh puluh delapan tahun.
Disebutkan bahwa beliau pernah berdoa, “Wahai Allah janganlah sampai saya mendapatkan tahun ke-enam puluh hjriyah.” Hingga akhirnya beliau wafat setahun sebelumnya.
Pada saat pemakaman beliau, Ibnu Umar termasuk diantara yang mengantarkannya, dan beliau hingga menangis karena seringnya beliau mendoakan rahmat kepada Abu Hurairah. Dan beliau berkata, “Abu Hurairah adalah seseorang yang menjaga hadits Rasulullah SAW bagi kaum muslimin.”