Senin, 29 Juni 2009

Khalifah Umar al-Faruq

Umar bin Al-Khaththab

Nama dan Nasab beliau

Beliau adalah Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin ‘Adiy bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka’ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah bind Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau kun-yah Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua; dan memberi laqab (julukan) al-Faruq.

Keislaman Beliau

Sebelum masuk Islam, Umar bin al-Khaththab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada aiaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah masuk Islam.
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata -kepada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulallah membaca ayat 40-41 3, lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al-’Adawi atau seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar, "Mau kemana wahai Umar?" Umar menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perempuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini."

Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar alQur’an surat Thaha kepada Khabab bin al-Arat. Tatkala mendengar Umar datang, maka Khabab bersembunyi. Umar masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar menimpali, ^Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?^ Mendengar ungkapan tersebut Umar memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya- Umar berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar berkata, ‘Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.’ Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" Iantas Umar mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.

Tatkala Khabbab mendengar perkataan Umar, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis.
Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin alKhaththab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.”
Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa." Umar mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang meiihat Umar datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, ‘Umar (datang)!" Hamzah berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan mubunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar dan berkata kepadanya. "… Ya Allah, ini adalah Urnar bin al-Khatheab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin al-Khaththab.

Seketika itu pula Umar bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras.
Abdullah bin Mas’ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar masuk Islam."
Shuhaib bin Sinan berkata, "Tatkala Umar masuk Islam, maka Islam mulai tampak. Kami membuat halaqah di sekitar Masjidil Haram, dan kami bisa thawaf di Masjidil Haram…."

Kepribadian dan Keutamaan Beliau

Al-Bukhari mengatakan , firman Allah, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
Sesuatu yang makruf itulah yang dimaksud dengan al-‘urf. Kemudian beliau menyebutkan sanad beliau hingga ke Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata, “’Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah datang mengunjungi saudaranya Al-Hirr bin Qais. Mereka adalah orang-orang yang diangkat oleh Umar –dan para ahli qira`ah yang merupakan orang-orang yang berada di Majlis dan yang diajak bermusyawarah oleh Umar, adalah orang-orang yang berusia empat puluh tahun lebih, bukanlah orang-orang yang masih remaja-, maka ‘Uyainah berkata kepada saudaranya, “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya engkau memiliki kedudukan dihadapan pemimpin ini, mintalah izin bagiku untuk menjumpainya? “ Maka diapun berkata, “Saya akan memintakan idzin bagimu untuk menjumpainya.”
Ibnu Abbas berkata, “Maka Al-Hirr memintakan idzin bagi ‘Uyainah, dan Umar mengidzinkannya, ketika dia masuk menjumpai Umar, dia berkata, “Inilah wahai Ibnu al-Khaththab, demi Allah sesungguhnya engkau sama sekali tidak berbuat baik kepada kami, dan engkau sama sekali tidak menetapkan hukum bagi kami dengan adil.” Maka Umar menjadi murka hingga berkeinginan untuk menghukumnya.” Maka berkatalah Al-Hirr kepada beliau, “Sesungguhnya Allah berfirman, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”Dan sesungguhnya orang ini termasuk dalam kelompok orang-orang yang bodoh. Demi Allah Umar sama sekali tidak menyentuhnya ketika Al-Hirr membacakan ayat tersebut dihadapan beliau, dan beliau adalah seseorang yang selalu mentaati Kitabullah.”
Beliau juga adalah seorang yang sejak zaman jahiliyah terkenal sebagai seorang yang pemberani, dan setelah masuk islam, tidak ada satupun yang beliau takutkan selain Allah subhanahu wata’ala. Abu Nu’aim di dalam al-Hilyah meriwayatkan, “Ketika peristiwa perang Uhud, abu Sufyan bin Harb datang dan bertanya, “apakah diantara kalian terdapat Muhammad?” Maka Rasulullah 3 bersabda, “Janganlah kalian menjawabnya.” Hingga Abu sufyan bertanya sebanyak tiga kali, dan tidak satupun dari sahabat yang menjawab pertanyaannya. Lalu dia bertanya lagi, “Apakah diantara kalian terdapat Ibnu Abi Quhafah?” Dan pertanyaan tersebut terulang sebanyak tiga kali, dan tidak seorangpun diantara sahabat yang menjawabnya. Lalu Abu sufyan bertanya, “Apakah ditengah-tengah kalian terdapat Umar bin al-Khaththab?” Dan juga diucapkannya sebanyak tiga kali, lalu dia mengatakan, “Adapun mereka bertiga, sudah mencukupi bagi kalian.” Namun akhirnya Umar tidak dapat menahan diri beliau lagi lalu beliau berkatan, “Wahai musuh Allah, sungguh engkau dusta. Inilah dia Rasulullah dan Abu Bakar serta saya sendiri masih hidup, maka bagimu kelak hari yang buruk.” Yaitu hari perang Badar.

Dan disaat perang Uhud berkecamuk, Abu Sufyan berkata, “Tinggilah Hubal!” Umar lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, dengarlah ucapan musuh Allah tersebut!!” Maka Rasulullah # bersabda, “Serulah kepadanya dan katakanlah, Allah lebih tinggi dan lebih mulia.”

Diantara keutamaan Umar bin al-Khaththab,
- Beliau termasuk yang dijanjikan masuk surga. Didalam ash-Shahihain dari hadits Jabir, beliau berkata, Nabi SAW bersabda, “Telah diperlihatkan kepadakan disaat mimpi bahwa saya memasuki surga dan ketika saya berada bersama Rumaisha istri Abu Thalhah, saya mendengar suara sanda, maka saya bertanya, “Siapakah ini?” Maka dia menjawab, “Ini adalah Bilal.” Dan saya melihat sebuah istana yang disekelilingnya terdapat gadis beliau. Lalu saya bertanya, “Istana siapakah ini?” Maka dijawab, “Milik Umar.”

- Keutamaan beliau dalam hal ilmu. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Hamzah bin Abdullah bin Umar bin al-Khaththab dari bapaknya dari Rasulullah SAW, beliau SAW bersabda, “Ketika saya dalam keadaan tertidur, saya melihat sebuah kendi disodorkan kepadaku yan berisikan susu. Maka saya meminumnya hingga saya melihat teterannya menetes dikuku-kuk saya. Kemudian saya memberikan sisanya kepada Umar bin al-Khaththab.” Para sahabat bertanya, “apakah penafsirannya wahai Rasulullah?” Beliau SAW menjawab, “Ilmu.”

- Keutaman beliau dalam agama islam. Pada riwayat mereka berdua dari hadits Abu Sa’id al-Khudri, beliau mengatakan bahwa dia telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ketika saya tertidur, saya melihat orang-orang dihadapkan kepadaku dan mereka mengenakan pakaian. Diantara pakaian mereka ada yang sampai ke bagian dadanya, ada juga yang lebih rendah dari itu. Dan dihadapkan kepadaku Umar bin al-Khaththab dan dia mengenakan pakaian hingga terseret di tanah.” Para sahabat bertanya, “Apakah tafsiran mimpi tersebut wahai Rasulullah?” Beliau SAW menjawab, “Agama.”

- Beliau juga adalah seseorang yang ditakuti oleh syaitan. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari hadits Sa’ad bin abu Waqqash, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Ibnu al-Khaththab, demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah syaitah melihat engkau melewati sebuah jalan kecuali syaithan akan mencari jalan selaian jalan yang engkau lewati.”

- Kedudukan beliau yang mulia sepeninggal Nabi SAW. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, “Sungguh umat sebelum kalian dari kaum bani Israil tedapat beberapa orang yang telah diajak berbicara –oleh Allah- namun mereka bukanlah para Nabi. Seandainya ada seseorang diantara umatku termasuk diantara mereka tentulah dia adalah Umar.”
Ibnu Hajar berkata,”Muhaddatsun adalah orang yang benar firasatnya. Yaitu, orang yang disampaikan sesuatu ke dalam hatinya oleh malaikat yang ada di langit, maka dia menjadi seperti orang yang berbicara dengannya."

- Ibnu Umar mengatakan, “Tidaklah saya melihat seorangpun sepeninggal Rasulullah SAW semenjak beliau wafat seseorang yang lebih sungguh-sungguh dan dermawan melebihi Umar bin al-Khaththab.”

- Beliau termasuk orang yang paling dekat dengan Rasulullah dan sering menemani Rasulullah dalam setiap kegiatan beliau SAW. Maka beliau menjadi orang yang paling alim setelah Rasulullah dan Abu Bakar ash-Shiddiq. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Ali bin Abu Thalib berkata,
“"Sesungguhya Saya sering mendengar Nabi mengatakan, ‘Saya pergi bersama Abu Bakar dan Umar’, `Saya masuk bersama Abu Bakar dan Umar’ dan Saya keluar bersama Abu Bakar dan Umar’."
Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan beliau yang tidak terhitung banyaknya, baik semasa hidup Rasulullah SAW dan sepeninggal beliau dan juga dimasa pemerintahan beliau. Hingga masa khilafah beliau, adalah masa pemerintahan dimana Islam mencapai kejayaan dan disegani diseantero dunia.

Wafat beliau
Pada tahun 23 hijriyah beliau mengerjakan ibadah haji ke Baitul Haram Makkah. Setelah pulang dari ibadah haji beliau berdoa kepada Allah agar dimatikan dalam keadaan syahid di kota Madinah. Beliau juga mengadu kepada Allah bahwasanya beliau sudah tua sehingga beliau takut kalau tidak mampu menjalankan kewajiban dengan baik. Pada hari Rabu 3 hari sebelum bulan Dzulhijjah berakhir, beliau ditikam Abu lu’lu’ah Fairuzal-Majusi, budak Mughirah bin Syu’bah, saat shalat shubuh dengan tiga tikaman. Abu Lu’lu’ah juga menikam sahabat Nabi lainnya yang seluruhnya berjumlah 13 sahabat. Akibatnya 7 orang meninggal akibat banyak kehilangan darah.
Menjelang wafat beliau, beliau berkata kepada Ibnu abbas, “Wahai Ibnu Abbas, lihatlah siapakah yang telah menikamku?” Ibnu abbas menjawab, “budak al-Mughirah.” Beliau bertanya, “ash-Shana’?” Ibnu Abbas menjawab, “Iya.” Kemudian beliau bekata, “Semoga Allah membunuhnya. Sungguh saya telah memerintahkan kepada suatu yang baik. Alhamdulillah, yang tidak menjadikan kematianku ditangan seorang yang mengaku islam...”
Kisah wafat beliau ini disebutkan oleh imam al-Bukhari di dalam kitab ash-Shahih beliau dari hadits Amru bin Maimun.
Beliau meninggal pada hari Sabtu dalam usia 63 atau 65 tahun. Pada hari Ahad bulan Muharam 24 Hijriyah jenazab beliau dikuburkan di rumah Aisyah, berdampingan dengan kuburan dua sahabat dan juga kekasih beliau, Rasulullah # dan Abu Bakar ash-Shiddiq